Lansia di Magetan ini Dibikin Susah Kebijakan Pemblokiran Rekening

- Kartu ATM ditolak mesin karena rekening diblokir secara sepihak oleh PPATK RI, membuat masyarakat kesulitan menarik uang.
- Proses pembukaan blokir gratis dan cepat, tetapi warga mengeluhkan minimnya sosialisasi dan persiapan dalam menghadapi kebijakan yang tiba-tiba.
- Warga meminta pemberitahuan terlebih dahulu sebelum rekening diblokir, sebagai bentuk edukasi literasi keuangan yang masih perlu ditingkatkan.
Magetan, IDN Times – Sejumlah warga Magetan dikejutkan dengan pemblokiran mendadak rekening bank mereka. Masalah ini bermula saat banyak warga gagal menarik uang di ATM dan baru sadar bahwa rekening mereka diblokir oleh sistem. Kebijakan dari Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) RI, ini menonaktifkan rekening pasif atau dormant selama tiga bulan.
Pemblokiran sepihak ini membuat masyarakat, khususnya lansia dan pekerja informal, pontang-panting mengurus pembukaan blokir di bank—hanya karena absen transaksi dalam beberapa bulan.
1. Kartu ATM ditolak mesin

Salah satu yang terdampak adalah Lanjar (60), ibu rumah tangga asal Kecamatan Lembeyan. Ia dibuat panik ketika berulang kali mencoba menarik uang dari ATM, namun selalu gagal.
"Saya kira mesinnya rusak. Saya coba di ATM lain juga sama. Baru tahu di BRIlink katanya rekening diblokir,” ujar Tatak, putra Lanjar yang mendampingi ke bank.
Yang bikin tambah runyam, mereka harus kembali ke rumah untuk mengambil buku tabungan dan KTP, hanya untuk menyelesaikan hal yang menurut mereka seharusnya bisa dicegah jika ada pemberitahuan lebih awal.
"Negara ini hobinya nyusahin rakyat! Dulu LPG 3 kilogram dibikin ribet, sekarang rekening bank. Cuma gak aktif 3 bulan, langsung diblokir," keluh Tatak.
2. Prosebuka blokir cepat dan gratis, tapi tetap bikin repot

Meski sempat geram, Tatak mengakui bahwa proses pembukaan blokir tidak dipungut biaya dan cukup cepat. "Gratis, Mas. Cuma bawa KTP, buku tabungan, dan ATM. Prosesnya juga gak sampai setengah jam," ujarnya.
Namun, ia menyoroti bahwa persoalan bukan soal biaya, melainkan soal ketidaksiapan masyarakat menghadapi kebijakan yang datang tiba-tiba.
Keluhan serupa juga datang dari warga lain yang kesulitan membayar biaya berobat karena rekening diblokir di hari Sabtu, sementara bank baru buka hari Senin.
"Ibu saya mau kontrol ke dokter, tapi gak bisa ambil uang di ATM. Terpaksa minjam dulu ke tetangga," ungkap Rizal warga lainnya.
3. Warga minta diberi peringatan dulu

Pemblokiran massal ini menuai kritik keras dari masyarakat karena dinilai minim sosialisasi. Banyak warga tidak tahu bahwa rekening bisa diblokir hanya karena tidak dipakai selama tiga bulan.
Kebijakan ini memang bertujuan mencegah penyalahgunaan rekening pasif, namun warga berharap ada pemberitahuan terlebih dahulu agar mereka bisa bertindak sebelum diblokir.
"Kami ngerti maksudnya bagus, tapi caranya itu lho. Jangan langsung blokir, kasih tahu dulu dong!,” kata warga lain di antrean bank.
Kejadian ini menjadi alarm bagi pemerintah dan perbankan, bahwa literasi keuangan masih perlu ditingkatkan, dan kebijakan sebagus apa pun tujuannya harus selalu didahului dengan edukasi yang menyentuh akar rumput. Karena yang jadi korban bukan angka statistik, tapi warga biasa yang hanya ingin hidup tenang dan bisa ambil uang tanpa drama.