Hari Pahlawan, Emil: Kritik dan Partisipasi Publik Itu Perjuangan

- Emil Dardak menegaskan semangat perjuangan pahlawan harus diwujudkan dalam tindakan nyata di kehidupan sekarang.
- Nilai patriotisme perlu diadaptasi sesuai konteks zaman, seperti kepedulian, kesadaran sebagai warga negara, dan keterlibatan aktif dalam pembangunan.
- Gotong royong, partisipasi publik, menjaga iklim demokrasi yang sehat, dukungan masyarakat terhadap pembangunan yang bermanfaat, serta memberikan masukan konstruktif merupakan bentuk nyata dari patriotisme.
Surabaya, IDN Times – Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak menegaskan bahwa semangat perjuangan para pahlawan harus diwujudkan dalam tindakan nyata di tengah kehidupan sekarang. Hal itu ia sampaikan usai menjadi inspektur upacara Peringatan Hari Pahlawan di Tugu Pahlawan Surabaya, Senin (10/11/2025). Tahun ini, peringatan Hari Pahlawan mengusung tema “Pahlawanku Teladanku, Terus Bergerak Melanjutkan Perjuangan.”
Emil mengatakan, nilai patriotisme para pahlawan perlu diadaptasi sesuai konteks zaman. Jika dulu perjuangan dilakukan dengan senjata, kini semangat itu hadir dalam bentuk kepedulian, kesadaran sebagai warga negara, dan keterlibatan aktif dalam pembangunan.
"Di Jawa Timur, nilai-nilai kejuangan ini kita wujudkan dalam pendidikan bagi anak-anak di sekolah dan dalam gerakan kepemudaan secara lebih luas. Patriotisme hari ini adalah menjadi warga negara yang baik, sadar hukum, dan peduli,” ujarnya.
Menurut Emil, gotong royong menjadi salah satu bentuk paling relevan dalam meneruskan perjuangan. Ia mencontohkan bagaimana pembangunan desa dan lingkungan bisa dilakukan dengan melibatkan masyarakat, bukan sekadar berbasis mekanisme proyek formal.
"Program-program yang memberi ruang gotong royong desa harus terus didorong. Jangan semua hal dipandang hanya sebagai urusan kontraktor. Kalau ada ruang untuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan, itu juga adalah wujud patriotisme,” jelasnya.
Selain itu, Emil menekankan pentingnya menjaga iklim demokrasi yang sehat. Baginya, memberikan ruang bagi masyarakat untuk menyampaikan aspirasi, termasuk kritik, adalah bagian dari semangat kebangsaan.
"Ruang aspirasi publik harus kita hormati. Bahkan mengkritik pemerintah pun adalah wujud kepedulian. Tentu pemerintah juga berhak untuk meluruskan atau mengklarifikasi dengan informasi yang kita miliki. Itu bagian dari dialog dalam demokrasi,” tuturnya.
Namun, ia menegaskan bahwa dukungan masyarakat terhadap pembangunan yang bermanfaat juga merupakan tindakan patriotik. Masyarakat diharapkan tidak bersikap pasif ketika proyek yang penting bagi banyak orang terancam terhambat.
"Kalau sudah tahu satu pembangunan itu bermanfaat, lalu ada upaya menghambat oleh segelintir pihak, kita harus berada di barisan terdepan untuk menyukseskannya. Itu juga bentuk cinta tanah air,” kata Emil.
Sebaliknya, ketika proyek atau kebijakan membutuhkan evaluasi, masyarakat berhak dan perlu memberikan masukan konstruktif. “Partisipasi publik bukan hanya menolak atau mendukung, tapi memberi masukan dengan semangat memperbaiki,” tambahnya.
Emil menutup pernyataannya dengan ajakan agar Hari Pahlawan tidak berhenti pada seremoni, tetapi menjadi momentum memperkuat karakter bangsa.
"Perjuangan itu tidak selesai 10 November saja. Kita terus bergerak. Patriotisme itu hidup dalam tindakan sehari-hari,” pungkasnya.


















