BPBD Jatim Waspadai 815 Desa Berpotensi Kekeringan di Tahun 2025

- BPBD Jatim siapkan langkah antisipasi menghadapi potensi kekeringan di 815 desa pada tahun 2025.
- Pemerintah provinsi telah menetapkan status Siaga Darurat Kekeringan dan Kebakaran Hutan serta Lahan di 27 daerah di Jawa Timur.
- BPBD Jatim telah melakukan lebih dari 21 ribu ritasi dropping air bersih ke 815 desa di 241 kecamatan sepanjang tahun 2024.
Surabaya, IDN Times – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur menyiapkan langkah antisipasi menghadapi potensi kekeringan pada tahun 2025. Berdasarkan hasil pemetaan, terdapat 815 desa di 218 kecamatan yang tersebar di 25 kabupaten/kota di Jatim berpotensi mengalami kekeringan.
Pejabat Fungsional BPBD Jatim, Sriyono, mengatakan meski curah hujan di sebagian besar wilayah Jawa Timur hingga akhir Mei 2025 masih relatif tinggi, potensi kekeringan tetap harus diwaspadai.
“Sejak tahun 2022 hingga 2024 tren jumlah desa terdampak kekeringan memang menurun. Namun, di 2025 kami tetap mencatat 815 desa yang masuk kategori rawan kekeringan,” ujar Sriyono saat di Kantor Diskominfo Jatim, Kamis (10/9/2025).
Sriyono menjelaskan, pada 2024 lalu pemerintah provinsi telah menetapkan status Siaga Darurat Kekeringan dan Kebakaran Hutan serta Lahan. Dari 38 kabupaten/kota di Jawa Timur, terdapat 27 daerah yang menetapkan status kedaruratan, dengan 25 di antaranya menerima distribusi air bersih.
“Sepanjang 2024, BPBD telah melakukan lebih dari 21 ribu ritasi dropping air bersih ke 815 desa di 241 kecamatan,” jelasnya.
Menghadapi potensi kekeringan 2025, BPBD Jatim telah menyiapkan sejumlah langkah, antara lain dropping air bersih menggunakan tandon dan jerigen, pemanfaatan anggaran Belanja Tidak Terduga (BTT) untuk tanggap darurat, serta optimalisasi anggaran rutin BPBD provinsi untuk status siaga darurat.
“Kami juga berkoordinasi dengan kabupaten/kota untuk mempercepat penetapan status jika terjadi kedaruratan, agar penanganan bisa segera dilakukan,” tegas Sriyono.
Selain ancaman kekeringan, Sriyono mengingatkan masyarakat agar tetap waspada terhadap potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Menurutnya, 99 persen kejadian karhutla di Jawa Timur dipicu oleh aktivitas manusia, mulai dari perburuan liar hingga pembukaan lahan dengan cara membakar.
“Pencegahan karhutla kami lakukan lewat patroli, pemantauan hutan rawan, hingga sosialisasi penyiapan lahan tanpa bakar,” pungkasnya.