Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

80 Tahun Jatim: Khofifah Ajak Jadi Pelaku Perubahan Bukan Penonton

IMG-20251012-WA0031.jpg
Upacara peringatan HUT ke-80 Jatim di Gedung Negara Grahadi Surabaya. Dok. Istimewa.
Intinya sih...
  • Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa, menegaskan usia 80 tahun provinsi bukan hanya seremonial, tapi momentum untuk memimpin perubahan.
  • Khofifah memperkenalkan filosofi kerja "JATIM BISA" sebagai pedoman baru pemerintahan daerah menghadapi era pasca-pandemi dan pergeseran ekonomi nasional.
  • Jawa Timur mencatat pertumbuhan ekonomi tertinggi di Pulau Jawa, namun tantangan seperti kesenjangan antarwilayah dan ketertinggalan infrastruktur masih menjadi fokus utama.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Surabaya, IDN Times - Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa menegaskan bahwa usia 80 tahun Provinsi Jawa Timur bukan sekadar angka seremonial, tapi momentum meneguhkan arah baru. Menjadi provinsi yang bukan hanya tangguh bertahan, tapi berani memimpin perubahan.

"Delapan puluh tahun perjalanan Jawa Timur adalah kisah tentang daya tahan, kerja keras, dan keberanian untuk terus beradaptasi. Tapi jangan lupa, di usia ke-80 ini kita tidak boleh berpuas diri,” tegas Khofifah saat memimpin Upacara Hari Jadi ke-80 Provinsi Jawa Timur di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Minggu (12/10/2025).

Khofifah menyebut kemajuan Jawa Timur saat ini adalah hasil kolektif dari semua lini. Industri, pendidikan, budaya, dan pemerintahan. Namun ia juga menyinggung adanya tantangan baru yang tak kalah besar. Kesenjangan antarwilayah, efisiensi birokrasi, dan ancaman stagnasi ekonomi akibat ketimpangan investasi.

"Kita tidak bisa hanya menjadi penonton dari perubahan besar yang sedang terjadi. Jawa Timur harus jadi pelaku utama, penggerak, bukan sekadar penerima dampak,” ujarnya lantang.

Gubernur perempuan pertama Jatim itu memperkenalkan filosofi kerja “JATIM BISA” — Berdaya, Inklusif, Sinergis, dan Adaptif — sebagai pedoman baru pemerintahan daerah menghadapi era pasca-pandemi dan pergeseran ekonomi nasional. “Pemerintahan harus lebih lincah, birokrasi jangan lambat berpikir ketika rakyat bergerak cepat,” tambahnya.

Khofifah menyingkap fakta, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada Triwulan II 2025 mencapai 5,23 persen (yoy) — tertinggi di Pulau Jawa — melampaui nasional yang hanya 5,12 persen. Namun ia tak menutup mata bahwa sebagian besar pertumbuhan itu masih terkonsentrasi di kawasan industri seperti Gresik, Sidoarjo, Mojokerto, dan Lamongan.

"Angka pertumbuhan memang membanggakan, tapi kesejahteraan harus terasa sampai desa,” ujarnya. “Percuma ekonomi naik kalau rakyat kecil tak merasakannya," imbuh dia.

Investasi di Jawa Timur pada 2024 juga mencetak rekor tertinggi satu dekade, Rp147,3 triliun. Tapi di sisi lain, daerah tapal kuda dan Madura masih menghadapi ketertinggalan infrastruktur dan akses modal.

Pemprov Jatim mencatat penurunan kemiskinan hingga 9,5 persen dan kemiskinan ekstrem ke 0,66 persen. Namun Khofifah mengingatkan agar capaian itu tidak membuat pemerintah daerah lengah.

Selain itu, Jawa Timur kini memiliki 4.716 Desa Mandiri, terbanyak di Indonesia. Tapi ia menegaskan bahwa status mandiri tidak cukup jika tak diiringi dengan penguatan daya saing dan inovasi desa.

Khofifah menegaskan posisi strategis Jawa Timur dalam pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN). Dengan 37 pelabuhan, 7 bandara, 12 ruas tol, dan 13 kawasan industri, Jawa Timur disebut siap menjadi simpul logistik nasional. Tapi ia juga menyindir agar Jawa Timur tak hanya jadi “pintu pengiriman”, melainkan juga “pabrik nilai tambah.”

Khofifah mengungkapkan bahwa Jawa Timur kini menduduki peringkat pertama nasional dalam ekonomi hijau. Namun ia menantang jajarannya untuk tidak berhenti di pengakuan. Dalam bidang digitalisasi pemerintahan, Khofifah menegaskan pentingnya reformasi birokrasi agar selaras dengan kecepatan dunia usaha dan masyarakat.

Menutup pidatonya, Khofifah mengingatkan kembali falsafah Jawa Timur Jer Basuki Mawa Beya — keberhasilan hanya bisa dicapai lewat pengorbanan dan kerja keras kolektif.

"Kita tidak boleh hanya puas menjadi provinsi besar, tapi harus menjadi provinsi besar yang adil dan berdaya saing. Delapan puluh tahun ini bukan akhir, tapi awal untuk membuktikan: Jatim Tangguh, Terus Bertumbuh, Tangguh Nyawiji, Tumuwuh Mulyo,” tutupnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Zumrotul Abidin
EditorZumrotul Abidin
Follow Us

Latest News Jawa Timur

See More

Lagi, Pelajar di Magetan Tewas Usai Tabrakan di Tanjakan Cileng

12 Okt 2025, 12:25 WIBNews