Tanam Porang Untung Banyak, Modal Rupiah Hasil Tergantung Dolar
Pasar internasionalnya terbuka lebar
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Madiun, IDN Times - Porang atau iles-iles menjadi komoditas baru yang sedang banyak dibudidayakan petani. Tanaman ini telah terbukti mampu memberi keuntungan yang berlipat ganda lantaran pasarnya terbuka luas di dunia internasional.
"Modalnya menggunakan rupiah tapi hasil panennya berdasarkan dolar. Untungnya berlipat-lipat dan harganya stabil tinggi," kata Achmad Khoiri, salah seorang petani porang di Desa Kaligunting, Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun beberapa waktu lalu.
Pangsa pasar porang kian meluas di berbagai negara, seperti Jepang hingga Australia. Di sana, tepung porang akan diproses menjadi berbagai bahan makanan seperti beras Shirataki hingga kosmetik.
Baca Juga: Ganda, Sarjana Pendidikan Ekonomi Unesa yang Pilih Jadi Petani Porang
1. Belajar dari yang sudah pengalaman
Karena itu, Ketua Kelompok Tani Sumber Tani di desanya ini tergiur menanam porang di lahan milik perhutani sejak tahun 2012. "Sebelumnya, saya belajar bertani porang dari Desa Klangon, Kecamatan Saradan," ungkap pria berusia 44 tahun itu.
Budidaya porang di Kabupaten Madiun memang berawal dari kawasan lereng Gunung Pandan yang masuk Kecamatan Saradan. Selain di Desa Klangon, juga di Desa Pajaran, dan Sumberbendo. "Saya juga belajar tentang perawatan dan penjualan porang," ujar dia. Umbi porang yang sudah diiris dan dikeringkan sendiri dijual Rp14 ribu per kilogram.
Baca Juga: Produksi Porang di Madiun Tembus 42 Ribu Ton, Nilainya Ratusan Miliar