TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Permainan Tradisional Langka, Anak-Anak Lebih Memilih Gadget

Terpengaruh lingkungan

istock/parade.com

Madiun, IDN Times – Kalangan anak-anak enggan memainkan permainan tradisional lantaran pengaruh game yang lebih mudah diakses melalui smartphone. Ini seperti diungkapkan Yuzhi Arwa (15), salah seorang pelajar SMP di Kabupaten Madiun.

Dengan sebuah gadget dalam genggaman, ia mengungkapkan dapat mencari teman lebih cepat dan banyak dibandingkan secara tatap muka. "Mau bagaimana lagi, semua teman juga sibuk dengan HP-nya sendiri-sendiri meski bertemu langsung," ujar remaja di wilayah Kecamatan Mejayan ini, Jumat (4/6/2021).

Baca Juga: Permainan Tradisional Mulai Langka di Tengah Kemajuan Teknologi

1. Tak banyak yang diketahui tentang permainan tradisional

IDN Times/Daruwaskita

Memang, mayoritas remaja saat ini tengah gandrung dengan smartphone. Meski secara fisik berhadapan, namun jemari dan perhatian mereka lebih fokus pada piranti berbasis android yang dibawa. Oleh karena itu, Yuzhi lebih memilih bermain di rumah dengan fasilitas komunikasi yang diberikan orang tuanya.

"Dengan HP (handphone), saya juga bisa bermain game bersama teman-teman," ungkapnya. Ia mengaku tidak mengenal beberapa permainan tradisional, seperti gobak sodor, jamuran, dan enthek. "Kalau layang-layang masih sempat bermain, tapi musiman," ujar Yuzhi.

2. Pergeseran kebiasaan permainan zaman sekarang dengan dahulu

Ilustrasi Game (IDN Times/Mardya Shakti)

Kondisi yang diungkapkan Yuzhi merupakan gambaran secara umum remaja saat ini tentang permainan. Kabid Kebudayaan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kabupaten Madiun, Bariyanto mengungkapkan keprihatinannya karena permainan tradisional mulai lekang oleh waktu.

"Berbeda dengan zaman dulu. Permainan tradisional selalu dimainkan dan sampai sekarang masih meninggalkan kenangan," ujar Bariyanto.

3. Permainan tradisional dinilai lebih berkesan

liveabout.com

Lantas dikisahkan tentang permainan tradisional yang dimainkan pada masa kecilnya. Kala itu, jamuran, bethengan, enthek, engkleng, sepakbola dan sebagainya yang hampir setiap hari dilakukan anak-anak. Ia merasakan suasana kebersamaan yang akrab.

"Sekarang lapangan sepakbola di kampung saja jarang digunakan. Kalau dulu nyari bolanya yang sulit karena mahal," Bariyanto mengungkapkan.

Baca Juga: Belasan Permainan Tradisional Mulai Punah di Kaltim, Ini Penyebabnya

Berita Terkini Lainnya