Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Ponorogo, IDN Times - Rama, warga Desa Ngasinan, Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo memiliki cara tersendiri untuk mengulurkan tangan bagi sesama. Sejak 16 bulan lalu, ia mendirikan Panti Dhuafa Lansia Ponorogo.
Ide itu bermula dari rasa terenyuh yang muncul ketika melihat seorang pria renta terlantar. Meski tubuh kakek itu ringkih, namun dia harus mengangkat beban berat sebagai kuli panggul di salah satu pasar wilayah Ponorogo.
"Dari situ, saya ingin menampung para orang lanjut usia (lansia) yang terlantar," ujar Rama saat dihubungi IDN Times, Rabu (20/11).
1. Kerap berganti pekerjaan untuk memperbaiki kehidupan
Suasana di Pantai Lansia Dhuafa Ponorogo. Facebook_Rama Philips Rasa iba Rama kepada kakek itu muncul begitu saja. Kala itu, ia seolah ikut merasakan penderitaan pria sepuh yang tidak memiliki keluarga tersebut. Empati Rama muncul tatkala dia terbayang-bayang dengan nasibnya sendiri yang juga kurang beruntung. Selama beberapa tahun ia harus berjibaku dengan sampah. Lantas memungut dan menjualnya ke pengepul barang rongsokan.
Setelah menjadi pemulung, Rama 'naik pangkat' dengan bekerja sebagai tukang servis lampu. Selain memungut sampah lampu merek tertentu, Rama juga menjadi pengepul. Rongsokan itu dirakit dengan telaten. Setelah lampu berfungsi lagi, Rama menjualnya dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan toko-toko besar.
Baca Juga: Ratusan Santri di Ponorogo Keracunan Ikan Tongkol Goreng
2. Bisnis batu akik mengantarkannya ke pintu kesuksesan
Seorang lansia dan sejumlah warga berfoto dengan latar belakang tulisan Panti Dhuafa Lansia Ponorogo. Facebook_Rama Ponorogo Namun, Rama merasa kehidupannya tak kunjung membaik. Ia pun mencoba peruntungan lain dengan berbisnis batu akik yang sempat hits sekitar era 2015an. Saban hari, ia berburu batu akik di Ponorogo hingga daerah tetangga. Bongkahan batu beragam ukuran yang dibelinya, dipoles lagi hingga jadi mata akik.
Bisnis itu mulai mengubah kehidupan Rama. Jika sebelumnya hidup ngontrak, Rama akhirnya bisa membeli sebidang tanah. Selanjutnya dia mulai membanung tempat tinggal bersama keluarganya. "Mbah tadi saya ajak ke rumah dan saya rawat," ujar Rama yang kini menjalani bisnis perabotan rumah tangga ini.
3. Galang dana untuk membangun panti melalui medsos
Suasana di panti Dhuafa Lansia Ponorogo. Facebook_Rama Ponorogo Niatnya untuk menampung para lansia yang terlantar semakin besar. Beberapa orang sepuh yang tak punya tempat tinggal, tidur di kolong jembatan, tidur di Tempat Pemakaman Umum (TPU), hingga yang tidur di emperan toko lantas ditampung oleh Rama.
Dia akhirnya membangun Panti Dhuafa Lansia Ponorogo. Dananya mayoritas didapat dari para donatur, termasuk sejumlah tenaga kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di Hong Kong. Rama juga memanfaatkan media sosial untuk menggalang dana.
4. Kerap dipandang sebelah mata
Rama (kanan - depan) sedang bersama para lansia yang ditampung di panti Duafa Lansia yang didirikannya. Facebook_Rama Philips Meski sudah mendapatkan donasi, Rama juga masih tetap mengeluarkan uang pribadinya. Sebab, saat awal kegiatan sosial itu berlangsung, masih banyak pihak yang memandang Rama sebelah mata. Menyepelekan Rama.
Namun, dia tidak terlalu menghiraukannya. "Sekarang sudah ada 80 lansia yang kami tampung. Prioritasnya mereka yang terlantar dan tidak memiliki keluarga," ujar dia.
Baca Juga: Potret Miris Panti Jompo di Ponorogo, Lansia Tidur di Atas Coran Semen