Masalah Ekonomi, Pemicu Terbanyak Kasus Gangguan Jiwa di Banyuwangi
Sebagian besar pasien masih usia produktif
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Banyuwangi, IDN Times - Selama pandemik COVID-19, persoalan ekonomi jadi salah satu dampak yang paling dirasakan masyarakat. Kondisi ekonomi tersebut juga memicu tingginya kasus gangguan jiwa di Kabupaten Banyuwangi.
Kepala Puskesmas Licin, Banyuwangi, dr Nira Ista Dewi menyebut, sebagian besar pasien gangguan jiwa yang datang disebabkan karena persoalan ekonomi.
Puskesmas Licin sendiri merupakan satu-satunya yang memiliki fasilitas rawat inap pasien gangguan jiwa di Banyuwangi.
"Selama ini pasien yang depresi karena pendemik belum ada. Terkait gangguan jiwa pada umumnya gak ada terkait masa pandemik. Persoalan utama karena ekonomi, yang paling banyak," ujar dr Nira saat dihubungi via telepon, Selasa (5/10/2021).
Baca Juga: Angkat Potensi Ekraf, Anak Muda Kreatif Keliling Desa di Banyuwangi
1. Sebagian besar rawat jalan
Nira mengatakan, sebagian besar pasien gangguan jiwa menjalani rawat jalan. Khusus fasilitas rawat jalan, semua Puskesmas di Banyuwangi sudah memiliki layanan psikiater dan pengobatan.
"Konsultasi secara pribadi persoalan kejiwaan, ya banyak. Kalau keluarga masih bisa membantu, dan dia tidak terlalu mengkhawatirkan untuk keselamatan diri dan keluarga. Apalagi keluarga peduli, tidak disarankan rawat inap," jelasnya.
"Selama pandemik ini, masih soal ekonomi yang menempati tempat teratas," tambahnya.
Nira tidak merinci seberapa banyak pasien rawat jalan yang ditangani di Puskesmas Licin. Sementara pasien yang menjalani rawat jalan sudah berkurang drastis sejak kebijakan baru dari BPJS.
"Selama pandemik ini, masih soal ekonomi yang menempati tempat teratas. Hari ini cuma 6 yang rawat inap. Gaduh gelisah 3 orang, yang stabil 3 orang. Memang ada penurunan karena ada aturan baru," jelasnya.