TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

KHA Dahlan, Pondok Pesantren Khusus Disabilitas di Banyuwangi

Pertama ada pondok yang menerima penyandang disabilitas

Pondok pesantren anak berkebutuhan khusus di Banyuwangi. IDN Times/Mohamad Ulil Albab

Banyuwangi, IDN Times - Meski baru berdiri pada September 2019, Pondok Pesantren Khusus Penyandang Disabilitas KHA Dahlan di Kabupaten Banyuwangi sudah diminati 14 santri dari berbagai daerah. Pondok tersebut memang khusus menerima penyandang disabilitas mulai dari tunanetra, autis, down syndrome, mental retardasi, visual impairment, cerebral palsy ringan, tunadaksa, serta tunarungu dan wicara.

1. Mendapat pengetahuan umum hingga terapi perilaku

Aktivitas belajar santri tunanetra di Pondok pesantren anak berkebutuhan khusus di Banyuwangi. IDN Times/Mohamad Ulil Albab

Penggagas sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Khusus Disabilitas Atfal Fadloli mengatakan, para santrinya sebagian besar juga menempuh pendidikan formal di Sekolah Luar Biasa (SLB). Meski demikian, untuk santri yang tidak menempuh pendidikan formal, di pondok tersebut juga diberi materi pengetahuan umum.

"Nanti di sini juga ada Madrasah Luar Biasa, namun sedang proses perizinannya. Kalau ada bakal jadi sekolah madrasah pertama di Indonesia yang khusus disabilitas, semoga perizinannya dimudahkan," kata Aftal.

Selain pengetahuan umum dan pendidikan Agama Islam, para santri juga mendapatkan terapi perilaku.

"Ada terapi, misal dia autis, ada terapi perilaku, bicara, terapi mau kontak mata, saling menatap agar bisa komunikasi dua arah, terapi kepatuhan dan lainnya," kata Narmi, pengasuh pondok lainnya.

Baca Juga: Petani Cabai Banyuwangi Antisipasi Serangan Ulat Buah saat Musim Hujan

2. Setiap anak memiliki hak dan kesempatan yang sama

Para santri dan guru sedang berkumpul di Pondok pesantren anak berkebutuhan khusus di Banyuwangi. IDN Times/Mohamad Ulil Albab

Narmi menambahkan, para santri terus dipantau oleh pengasuh dan 10 guru yang ada di sana. Proses belajar terus berlangsung mulai dari tidur, hingga tidur kembali.

"Yang bermalam ada 6 anak, sore 7 anak, pagi diberi pendidikan formal, karena gak semuanya ikut sekolah di SLB," tambahnya.

Para santri berasal dari Banyuwangi, dan kabupaten kota lain seperti Jember, Sidoarjo, Surabaya, dan Ponorogo. Narmi berharap, Anak-anak berkebutuhan khusus bisa mendapatkan kesempatan belajar yang sama. Pihaknya berpesan agar orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus bisa tertampung dan mendapat perhatian pendidikan agama.

"Harapannya anak-anak yang belum tertampung bisa masuk pondok, agar lebih terarah dalam bidang keagamaan. Sebab, pandangan masyarakat anaknya mau diapakan. Mereka memiliki kesempatan yang sama," katanya.

Baca Juga: Hari Disabilitas Internasional, 1700 siswa Tampil Saling Memotivasi

Berita Terkini Lainnya