TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Festival Kopi Sepuluh Ewu Jadi Ajang Barista Banyuwangi Berbagi Ilmu

Kopi Sepuluh Ewu jadi salah satu pemicu tumbuhnya kedai kopi

IDN Times/Mohamad Ulil Albab

Banyuwangi, IDN Times - Festival Kopi Sepuluh Ewu, menjadi momentum bagi pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Banyuwangi untuk memulai bisnis usaha kopi. Festival minum kopi yang rutin digelar sejak 2014 silam, dinilai berhasil mengangkat kopi lokal di Kabupaten Banyuwangi. Branding tersebut, dimanfaatkan oleh sejumlah pemuda untuk memanfaatkan ceruk pasar baru, seiring banyaknya pengunjung yang ingin menikmati produk kopi lokal.  

Baca Juga: Ini 8 Bahaya Serius Kebanyakan Ngopi yang Kaum Millenials Harus Tahu

1. Mulai muncul kafe-kafe baru

IDN Times/Mohamad Ulil Albab

Salah satunya, Reza Habib Putra (29), asal Desa Lemahbang, Kecamatan Rogojampi. Sejak ramai kopi lokal Banyuwangi diangkat melalui acara Kopi Sepuluh Ewu, di tahun itu pula Reza mulai belajar mengenal kopi. Dia mempelajari detail pengolahan pasca panen hingga proses penyeduhan yang tepat. Setahun berjalan, pada 2015, Reza mulai memberanikan diri membuka usaha Kafe Minak Kopi di Banyuwangi.  

"Basic dasar mulai 2014. Banyuwangi ini banyak festival, peluang bagi saya untuk bikin industri kecil. Apalagi di Sepuluh Ribu Kopi, bisa mengangkat mencintai produk lokal kopi dan peluang bisnis kopi di Banyuwangi menurutku masih potensial," kata Reza saat membuka stand edukasi kopi di Festival Kopi Sepuluh Ewu, Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Sabtu malam (10/11). 

Dalam sebulan, Reza berhasil menjual produk kopi yang sudah dikemas rapi dan disangrai hingga satu kwintal, mulai harga satuan gram, ons, dan kilogram Rp15 ribu sampai Rp275 ribu. "Brand kopi saya namanya Robusta Osing, Arabica Osing, dan Bland Osing," katanya. 

2. Barista Banyuwangi saling berbagi ilmu kopi

IDN Times/Mohamad Ulil Albab

Saat ini, pengetahuan menyeduh untuk menghasilkan kopi yang enak, dia kenalkan kepada penduduk di sekitar rumahnya, di kafe, maupun di acara Kopi Sepuluh Ewu. Saat ditemui, Reza sedang mengenalkan cara menyeduh kopi dengan alat filter, agar ampas kopi bisa terpisah. " 

"Demonya lebih mengenalkan dari metode filter sampai tradisional. Kalau pakai filter, minum nggak ada ampas, rasanya lebih ringan, kafein jauh lebih rendah," katanya.  

Malam itu, Reza bersama  teman-teman baristanya, menyajikan 300 cangkir kopi yang dibagikan secara gratis. Untuk mendapatkan kopi dengan metode seduh filter, pengunjung tampak antre sambil melihat proses penyeduhannya.  

Sementara itu, Mastuki, warge Desa Kemiren, yang juga membuka kedai edukasi di Festival KOpi juga memanfaatkan peluang bisnis kopi. "Ngopi sepuluh Ewu membantu mengenalkan produk kopi saya yang bernama Jaran Goyang. Malam ini saya sangrai 285 kilo untuk sajian pengunjung," jelasnya.  

Baca Juga: Ngopi Sepuluh Ewu Simbol Keramahan Warga Banyuwangi 

Berita Terkini Lainnya