TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Bahan Jok Mobil, Sabut Kelapa Banyuwangi Diekspor ke Tiongkok

Sabut kelapa biasanya hanya jadi bahan bakar memasak

IDN Times/Mohamad Ulil Albab

Banyuwangi, IDN Times - Sabut kelapa (Cocofibre) yang biasanya hanya digunakan sebagai bahan bakar memasak rumah tangga, ternyata menjadi bahan baku pembuatan jok mobil dan matras di Tiongkok.  Melihat peluang tersebut, Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Karantina Pertanian pun meningkatkan peluang ekspor, terutama dari Kabupaten Banyuwangi.

 

Baca Juga: Produk Lokal Cambia, Febry Jadikan Sepatu dari Sabut Kelapa

1. Awalnya dianggap sebagai limbah

IDN Times/Mohamad Ulil Albab

Kepala Karantina Pertanian Surabaya, Musyaffak Fauzi mengatakan, serabut kelapa digunakan sebagai bahan campuran membuat matras dan jok mobil. Sedangkan kompos hasil dari sabut tersebut dimanfaatkan sebagai media tanam.

"Awalnya tidak ada yang mengira kalau produk samping yang disangka limbah tersebut bernilai ekonomi bahkan diekspor ke mancanegara” ujar Musyaffak di sela pelepasan ekspor serabut kelapa di Banyuwangi, Kamis (5/9).

Ekspor dilakukan Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Karantina Pertanian dari Banyuwangi oleh PT. Sumber Makmur Bakti Mulya ke Tiongkok.

Menurut data tahun 2018 periode Januari - Agustus, ekspor serabut kelapa dan Cocopeat (serabut kelapa olahan) mencapai 6.772 ton senilai Rp 19 miliar dan pada periode yang sama di tahun 2019 mencapai 11.333 ton senilai Rp 33 miliar.

"Ini menunjukan kenaikan jumlah dan nilai ekonomi yang signifikan yaitu lebih dari 50 persen. Dengan kata lain, komoditas yang dulunya sering dianggap limbah ternyata saat ini mampu menyumbangkan devisa bagi negara," katanya.

2. Bahan baku sebagian besar dari Banyuwangi

IDN Times/Mohamad Ulil Albab

 

Salah satu eksportir sekaligus industri serat dan bubuk sabut kelapa, PT Sumber Makmur Mulya telah mengekspor produknya sejak tahun 2016.

Serat kelapa (Cocofibre) diekspor ke Tiongkok untuk menjadi bahan baku jok mobil dan matras, sementara bubuk sabut kelapa (cocopeat) dieksplor ke Korea untuk pupuk kompos dalam media tanam.

Manager PT Sumber Makmur Mulya, Abdul Haris menjelaskan, produksi dan ekspor serabut serta serbuk kelapa sudah dilakukan sejak tahun 2016 dengan total 20 kontainer per bulannya. Saat ini di tahun 2019 pihaknya sudah bisa memproduksi hingga 40 kontainer per bulan. Masing masing kontainer memiliki berat rata rata 16,5 ton.

"Bahannya 70 persen ambilnya dari Banyuwangi, dari pengepul kelapa, kita beli sabutnya. Kalau dulu mereka kesulitan jualnya kemana, ada yang bisa menerima untuk pembuatan kerajinan seperti keset, tapi jumlahnya terbatas, sekarang kita serap," kata Haris.

Selain Banyuwagi, bahan sabut kelapa juga diambil dari Bali. Bahan sabut kelapa sebelum diekspor terlebih dahulu dilakukan proses penggilingan untuk memisahkan serat dan serbuknya. Tiap 10 kilogram sabut kelapa menghasilkan 1 kilogram serat sabut kelapa.

"Cocopeatnya (serbuk) perbandingan 40-60 persen, lebih banyak serbuknya," katanya.

Baca Juga: Fahd Pahdepie Motivasi Milenial Banyuwangi agar Produktif Berkarya

Berita Terkini Lainnya