TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Masyarakat Boleh Lepas Masker, Epidemiolog Unair: Jangan Lengah 

Nek berkerumun tetep maskeran rek!

Pakar Epidemiologi Universitas Airlangga, Dr Windhu Purnomo. (IDN Times/Khusnul Hasana)

Surabaya, IDN Times - Pemerintah telah melonggarkan kebijakan pemakaian masker di ruang terbuka. Epidemiolog Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya, Dr Windhu Purnomo mengatakan, pemerintah tidak serta merta mengeluarkan kebijakaan tersebut. Tentunya melibatkan berbagai pihak, terutama para ahli.

Baca Juga: Warga Jatim Boleh Tak Pakai Masker, Tapi Ada 4 Syaratnya

1. Kondisi COVID-19 mulai menurun

Ilustrasi pandemik COVID-19 (15/9/2020) (ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi)

Ia menuturka, secara Epidemiologi, kondisi COVID-19 di Indonesia memang kian hari kian membaik jika dibanding beberapa waktu silam. Biasanya setelah libur panjang, kondisi COVID-19 pun naik, namun sekarang tidak demikian.

"Tetapi apa yang terjadi, apa ada lonjakan kasus? enggak. Malah data yang saya lihat, data kasus di Indonesia antara saat lebaran dengan kemarin angka positif turun drastis separuh," ujar Windhu, Kamis (19/5/2022).

Pada saat Lebaran, justru angka positif di Indonesia menyentuh angka 0,47. Angka tersebut jauh di bawah batas WHO.

"Angka hospitalisasi dan   mortalitas juga turun,memang masih ada COVID-19 tapi kecil angkanya. Yang masuk rumah sakit ada tapi sedikit," jelasnya.

2. COVID-19 masih ada

ilustrasi virus corona (IDN Times/Mardya Shakti)

Meski begitu, angka meninggal dunia di akibat COVID-19 untuk saat ini masih ada. Angkanya, 10 orang meninggal per hari karena COVID-19 disertai komorbid, artinya COVID-19 masih ada.

"Meskipun kalau saya ditanya kapan (melepas masker), Ya jangan sekarang, mestinya tunggu sampai sebulan, kenaikan tren kasus pasti berkaitan dengan mobilitas masyarakat itu dua minggu atau empat minggu setelah hari besar," tuturnya.

Ia sendiri, memprediksi, hingga awal Juni angka COVID-19 akan semakin turun. Bahkan, dirinya juga tidak khawatir ada lonjakan kasus selama tidak ada varian baru.

"Kalau tidak ada varian baru pasti tidak akan lonjakan baru, dan kita bisa memasuki masa endemi," imbuh Windhu.

Baca Juga: 2 Kecamatan di Surabaya Lockdown Hewan Ternak karena Wabah PMK

Berita Terkini Lainnya