TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Peserta UTBK di Surabaya Wajib Rapid Test, Warga: Menyusahkan

Informasi diberikan mendadak, H-3 jelang jadwal tes

Ilustrasi rapid test. IDN Times/Mia Amalia

Surabaya, IDN Times - Para orangtua dan peserta Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) di Surabaya merasa terbebani dengan kewajiban rapid test yang diperintahkan oleh Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Mereka mengeluhkan informasi yang terlalu mendadak dan memberatkan.

1. Warga panik atas kewajiban rapid test untuk UTBK yang mendadak

Titik, salah seorang warga yang mengantar anaknya rapis test untuk syarat UTBK di Surabaya, Jumat (3/7). IDN Times/Fitria Madia

Titik (52) duduk bersandar di sebatang pohon menanti anaknya yang tak kunjung selesai melakukan rapid test di Laboratorium Parahita Cabang Dharmawangsa, Jumat (3/7). Padahal, ia sudah datang sejak pukul 09.00 WIB dari Sidoarjo. Namun hingga pukul 13.30 WIB anaknya tak kunjung keluar dari gedung.

"Dari pagi saya ini. Kasihan, anak saya sampai gak sempat sarapan itu. Sekarang waktunya makan siang," ujar Titik saat ditemui IDN Times.

Titik dan orangtua lainnya sudah menunjukkan gurat lelah menanti buah hati mereka selesai melaksanakan rapid test. Memang suasana di Laboratorium Parahita Cabang Dharmawangsa begitu penuh. Mereka adalah warga yang panik atas keputusan mendadak kewajiban rapid test untuk UTBK.

Baca Juga: Risma Wajibkan Rapid Test Peserta UTBK, Unair: Kami Kecewa

2. Kewajiban rapid test dianggap menyusahkan

Ilustrasi rapid test. (IDN Times/Mia Amalia)

Menurut Titik, rapid test bagi peserta UTBK dirasa tidak perlu. Ruang ujian terasa sama seperti tempat publik lainnya di mana ancaman penularan COVID-19 selalu ada. Oleh karena itu, Titik sudah membiasakan anaknya, Raja Valentino untuk menerapkan protokol kesehatan agar tidak tertular COVID-19 di mana saja.

Dengan adanya informasi rapid test yang diumumkan H-3 sebelum jadwal tes, tentu saja Titik dan keluarga lainnya panik. Akhirnya, Titik kini menghabiskan waktu dan tenaganya untuk menemani sang buah hati melaksanakan rapid test.

"Mendadak sekali. Menyusahkan. Banyak yang pingsan di dalam. Antrenya kayak gini. Menyita waktu dan tenaga. Kan sudah cukup pakai apd, masker, sarung tangan," ungkapnya.

3. Banyak warga terkendala biaya

Ilustrasi rapid test COVID-19 (ANTARA FOTO/Jojon)

Selain itu, para peserta tes dan keluarganya kesulitan untuk menemukan lokasi rapid test dengan harga terjangkau. Di rumah sakit-rumah sakit, harga rapid test bisa mencapai Rp400 ribu hingga hampir Rp1 juta. Oleh karena itu Titik jauh-jauh dari Sidoarjo ke Surabaya untuk tes di Laboratorium Parahita yang memberikan harga spesial sebesar Rp199 ribu.

Tak hanya Titik, salah seorang keluarga peserta lain yang tak ingin disebutkan namanya merasa keberatan dengan biaya rapid test. Mereka hampir saja melepas kesempatan untuk tes UTBK lantaran terhalang biaya. Pasalnya mereka bukan merupakan warga Surabaya yang bisa memanfaatkan fasilitas rapid test gratis di puskesmas.

"Tetangga saya batal tes. Gak mampu bayar. Di Puskesmas sana gak ada rapid test gratis," tuturnya.

Baca Juga: Peserta Reaktif saat Pelaksanaan UTBK, Unair Siapkan Jadwal Susulan

Berita Terkini Lainnya