Melihat Geliat Kampung Bendera Jelang Bulan Kemerdekaan

Katanya sih bergeliat banget!

Surabaya, IDN Times - Sejinah tampak terampil memainkan mesin jahit di hadapannya. Jari-jarinya terampil menggeser kain berwarna merah dan putih. Kain itu ia satukan agar bisa menjadi sang saka.

Di tengah kesibukannya, perempuan berusia 52 tahun itu sesekali menghentikan hentakan jahitannya. Sejinah lantas menyempatkan diri melayani pelanggan yang mampir di lapak bendera miliknya, di Kampung Bendera kawasan Darmo Kali, Kota Surabaya.

Jelang bulan istimewa bagi Indonesia yakni Agustus begini, Sejinah dan para pedagang lain di Kampung Bendera lagi sibuk-sibuknya. Bak petani, bulan jelang peringatan Hari Kemerdekaan ialah panen. Bendera maupun pernak-pernik khas merah putih bakal diborong para pembeli.

Sejinah bukanlah orang baru di Kampung Bendera. Dia sudah 15 tahun berjualan di kawasan sini. Jauh sebelum memutuskan terjun jadi pengrajin bendera, Sejinah sudah menekuni dunia jahit menjahit sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP).

"Saya sudah 15 tahun jual bendera, dulu waktu sekolah di SMP 12 Surabaya belajar konveksi, lulus sekolah sempat kerja dikonveksi terus buka jahit dan jual bendera," ujarnya kepada IDN Times, Minggu (23/7/2023).

Sejinah memang tidak memproduksi semua barang dagangannya sendiri. Beberapa pernak-pernik diakuinya harus ambil di agen atau produsen lain. Hal ini untuk memenuhi kebutuhan pembeli. Agar dagangannya lebih bervariasi. Tak kalah saing tentunya.

"Ada produksi sendiri ada yang ambil dari produsen lain, karena gak mungkin semuanya garap sendiri. Kebutuhannya banyak. Apalagi mau agustusan," kata dia.

Jelang Agustus begini Sejinah mengakui permintaan bendera naik tajam. Omset yang ia dapat tembus hingga Rp3 juta per hari. Dia sangat bersyukur, omset-omset itu memulih setelah adanya badai pandemik COVID-19 dua tahun lalu.

"Alhamdulillah awal Juli sudah ada gregetnya. COVID pengaruh banget. Setelah COVID banter (laku keras). Kadang kantor ngedrop ratusan tiap karyawan. Omset khusus Agustus, per hari Rp3 juta," beber Sejinah.

Sejinah berharap penjualan bendera tahun-tahun berikutnya terus bergeliat. Dia menyarankan agar masyarakat mengganti bendera setiap tahun. "Ya tiap tahun harusnya ganti, biar penjualnya tetap laku," celetuknya lantas tertawa.

Topik:

  • Zumrotul Abidin

Berita Terkini Lainnya