TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pakar Unair Bantah Klaim dr Lois Soal Asidosis Laktat Obat COVID-19

Asidosis Laktat memang terjadi tapi bukan karena obat-obatan

Pakar FK Unair Dr. dr. Meity Ardiana SpJP(K)., FIHA., FICA., FAsCC. Dok Humas Unair

Surabaya, IDN Times - Pernyataan dr Lois Owien mengenai penyebab kematian pasien COVID-19 menjadi kontroversi. Ia menyatakan bahwa pasien COVID-19 meninggal akibat interaksi obat yang menyebabkan asidosis laktat. Menanggapi hal tersebut, pakar Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (UNAIR) memastikan bahwa pendapat Lois salah besar.

Asidosis sendiri adalah kondisi di mana kadar asam (pH) dalam darah lebih tinggi dari 7,4. Sementara asidosis laktat berarti kondisi asam laktat di dalam tubuh menumpuk. Jika dibarengi dengan penyakit tertntu kondisi ini akan membahayakan pasien.

1. Klaim Lois tak didasari fakta ilmiah

Lois Owien. (instagram.com/lois)

Pakar FK Unair Dr. dr. Meity Ardiana SpJP(K)., FIHA., FICA., FAsCC., menjelaskan bahwa pernyataan Lois tidak didasari fakta ilmiah dari hasil penelitian. Hingga kini, belum ada bukti ilmiah bahwa kombinasi obat pada pasien COVID-19 menyebabkan asidosis laktat.

"Penyebab asidosis laktat itu sendiri bermacam-macam dan kita harus memahami
patofisiologi terjadinya asidosis laktat sebelum serta-merta menyimpulkan penyebab asidosis laktat pada pasien COVID-19 adalah karena interaksi obat,” tuturnya.

2. Asidosis laktat memang terjadi tapi bukan karena obat

Pakar FK Unair Dr. dr. Meity Ardiana SpJP(K)., FIHA., FICA., FAsCC. Dok Humas Unair

Meity menjelaskan, pasien COVID-19 mengalami kekurangan oksigen pada derajat sedang hingga berat. Kondisi ini memang menimbulkan asidosis laktat yang menyebabkan peningkatan keasaman darah dan memperberat gejala sesak nafas hingga penurunan kesadaran. Dengan demikian, bukan berarti asidosis laktat serta merta disebabkan oleh interaksi obat yang diberikan kepada pasien tersebut.

"Terkait interaksi obat, setiap dokter yang memberi peresepan obat pada pasien tentu sudah menimbang manfaat maupun risiko interaksi obat yang dapat terjadi. Dokter, lanjutnya, akan memilih golongan obat dengan risiko interaksi paling minimal bagi pasien," tutur Meity.

Baca Juga: Polri: Dokter Lois Owien Ditangkap karena Menyebarkan Hoaks COVID-19

3. Dokter pasti memberi obat sesuai kebutuhan pasien

ilustrasi obat-obatan (IDN Times/Mardya Shakti)

Meity menambahkan bahwa obat yang perlu dikonsumsi antara satu pasien COVID-19 dengan pasien lainnya tentu berbeda bergantung jenis gejala dan tingkat keparahan pasien. Sehingga, reaksi obat terhadap masing-masing pasien tak dapat disamaratakan satu dengan yang lain.

“Pastinya, disarankan untuk mengonsumsi vitamin dan suplemen yang memang sudah terbukti secara ilmiah dapat mencegah atau mempercepat kesembuhan COVID-19 sesuai rekomendasi yang ada,” ungkapnya.

Baca Juga: Tidak Percaya COVID-19, Dokter Lois Owien Akan Dipanggil IDI dan MKEK

Berita Terkini Lainnya