TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Dari 6 Jadi 514 Kasus, Sebulan Corona di Jatim

Corona, mainmu kejauhan, pulang gih!

Kapolda Jatim Irjen Pol Luki Hermawan, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, serta Pangdam V/Brawijaya, Mayjen TNI R Wisnoe Prasetja Boedi saat melakukan koferensi pers di Gedung Grahadi, Rabu (16/4). Dok.IDN Times/Istimewa

Surabaya, IDN Times - Sebulan sudah virus corona masuk di Jawa Timur. Sejak Juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona, Achmad Yurianto mengumumkannya pada Selasa (17/3) lalu, jumlahnya kini meningkat hampir 100 kali lipat. 

Saat itu, Yuri menyebutkan bahwa ada enam orang terjangkit virus corona di Surabaya. Kini, per Kamis (16/4), jumlah kasus di Jawa Timur sudah mencapai 514 kasus.

Bahkan, dari 38 daerah di Jatim pun, kini hanya tersisa empat daerah yang belum terjangkit virus corona. Berbagai upaya sudah pun dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jatim dan masing-masing pemerintah daerah. Namun, virus mematikan itu tak kunjung enyah dari Jatim.

1. Dua kasus di Malang disebut sebagai yang pertama

Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa saat konferensi pers persebaran COVID-19, Minggu (12/4). IDN Times/Dok. Istimewa

Temuan kasus yang pertama kali diumumkan adalah 6 kasus tersebut. Keenam-enamnya merupakan pasien positif COVID-19 yang spesimennya dites oleh Institute Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga. Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa sempat mengonfirmasi bahwa enam pasien itu berasal dari Kota Surabaya. Namun, hingga saat ini belum diketahui asal penularannya.

Pada Rabu (18/3) Khofifah memastikan bahwa sebelum enam pasien pertama di Surabaya, terdapat dua orang positif di Kabupaten Malang. Namun, satu pasien meninggal sebelum hasil tes swab keluar.

Fakta bahwa kasus pertama COVID-19 Jatim disampaikan oleh Kapolda Jatim Irjen Pol Luki Hermawan. Ia mengatakan hal tersebut saat menampilkan peta anatomi persebaran virus corona yang cukup detil bahkan hingga ke jalan atau lokasi rumah sang pasien.

"Corona masuk ke Jawa Timur yang pertama dan kedua itu di Malang. Baru yang ketiga di Surabaya," ujar Luki, Rabu (15/4).

2. Mengalami lonjakan tajam pada pertengahan April

Ketua Rumpun Tracing Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Jawa Timur, dr Kohar Hari Santoso.IDN Times/Fitria Madia

Pada masa-masa awal penularan, perkembangan kasus virus corona di Jatim tak terlalu cepat. Dalam sehari, pertambahan kasus berkisar antara 10-15 kasus saja. Kasus baru juga ditemukan tersebar di beberapa daerah. Sementara angka kesembuhan yang juga terus meningkat.

Namun, mencapai pertengahan April, penambahan kasus menjadi tak terkendali. Di mulai pada Jumat (10/4). Dalam sehari terdapat 33 kasus tambahan di Jatim. Dua hari kemudian, langsung 119 kasus tambahan di Jatim dalam sehari. Kemudian pada Senin (13/4), pertambahan kasus masih tinggi yaitu 56 kasus. Sementara, hingga Kamis (16/4) jumlah kasus baru ada 15.

Ketika ditanya alasan mengapa kasus tiba-tiba melonjak, Gugus Tugas Penanganan COVID-19 tak terbuka. Ketua Rumpun Tracing Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Jawa Timur, dr Kohar Hari Santoso hanya mengatakan bahwa kasus tersebut sebenarnya sudah lama masuk rumah sakit namun baru diumumkan.

"Itu pengumuman, tapi kasus itu bukan hari itu sebetulnya. Ternyata menyebar sebenarnya," ujar Kohar, Senin (13/4).

3. Klaster Asrama Haji berperan dalam penyebaran virus corona di Jatim

Asrama Haji Sukolilo Surabaya. IDN Times/Fitria Madia

Salah satu penyebab melonjaknya kasus COVID-19 di Jatim tentu tak lepas dari klaster-klaster yang ada. Kohar menyebutkan setidaknya ada  21 klaster penularan COVID-19 terjadi di Jatim. Namun ia tidak merinci apa saja dan di mana klaster-klaster tersebut berada.

Salah satu klaster yang bisa diidentifikasi adalah klaster Asrama Haji Surabaya. Ini adalah klaster pertama yang ditemukan di Jatim. Berawal dari pelatihan calon petugas haji dan tenaga kesehatan di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya pada 9-18 Maret 2020. Setelah pelatihan selesai, ternyata ada dua warga Kediri yang dinyatakan positif COVID-19 dan satu orang meninggal dunia. Mereka sama-sama mengikuti pelatihan di Asrama Haji Surabaya.

Kohar pun melakukan tracing kepada 413 peserta lain yang mengikuti pelatihan tersebut. Ditemukan fakta bahwa virus corona pertama kali menyebar dari dua narasumber yang baru berpergian dari DKI Jakarta.

Hingga Rabu (8/4), Kohar menyebut telah ada 20 orang positif COVID-19 akibat klaster Asrama Haji. Mereka tersebar di berbagai daerah di Jatim. Namun kemudian, Kohar enggan menyebutkan berapa jumlah penambahan kasus COVID-19 akibat klaster tersebut.

Berdasarkan data yang dirangkum IDN Times, setidaknya ada 20 tambahan kasus dari klaster ini dalam kurun waktu 10-15 April 2020. Berikut rinciannya :

Jumat (10/4) Ponorogo 2, Banyuwangi 1, Pacitan 1, Madiun 2, Batu 1,
Sabtu (11/4) Pasuruan 4,
Senin (13/4) Pamekasan 1,
Selasa (14/4) Jombang 1, Gresik 3, Pamekasan 2, Malang 1
Rabu (15/4) Blitar 1.

Pasien yang terinfeksi dari asrama haji pun 40 orang. Bahkan saat ini diketahui klaster tersebut sudah merambah ke second transmision alias transmisi generasi kedua.

Baca Juga: Peta Real Time Sebaran Kasus COVID-19 Jatim Dibuka untuk Umum

4. Rapid test gencar dilakukan

Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Jatim lakukan rapid test on the spot. Dok. Humas Pemprov Jatim

Untuk mengatasi penyebaran virus corona di Jatim, Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Jatim telah menyiapkan beberapa hal. Salah satunya yaitu penggunaan penyemprotan disinfektan drive thru. Titik penyemprotannya disebar di berbagai perbatasan kota, utamanya menuju Pulau Madura. Harapannya, orang yang berlalu lalang di Jatim bisa bebas dari virus corona yang kemungkinan menempel pada baju atau kendaraan.

Selain itu untuk upaya screening, Pemprov Jatim menggelar rapid test melalui Dinas Kesehatan masing-masing daerah. Hingga Selasa (14/4), telah ada 13.504 sampel rapid test yang didapatkan. Hasilnya, sebanyak 358 orang dinyatakan positif COVID-19. Tes cepat itu diberikan kepada petugas kesehatan, Pasien Dalam Pengawasan (PDP), Orang Dalam Pemantauan (ODP), dan Orang Tanpa Gejala (OTG).

Bahkan saat ini, rapid test digunakan sebagai senjata untuk "menakut-nakuti" warga Kota Surabaya yang masih bandel keluyuran di malam hari. Tiap malam akan ada patroli besar bersama kepolisian untuk mendatangi warung atau kafe yang ramai pengunjung. Rapid test pun akan dilakukan spontan di tempat. Hasilnya, sempat ada dua orang pengunjung warung kopi yang dinyatakan positif COVID-19.

Baca Juga: Surabaya Sumbang 48,9 Persen Kasus COVID-19 Jatim, Pemprov: Laik PSBB

Berita Terkini Lainnya