TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Putra Mahkota Dahlan Iskan Angkat Bicara Soal Pilwali Surabaya

Presiden e arek-arek Bonek iki....

Presiden Persebaya, Azrul Ananda. IDN Times/Hendy Wardhana

Surabaya, IDN Times - Jelang Pemilihan Wali Kota (Pilwali) Surabaya 2020, putra "Mahkota" jurnalis senior Dahlan Iskan, Azrul Ananda angkat bicara. Pasalnya, Azrul yang juga Presiden Persebaya Surabaya saat ini juga masuk dalam bursa pengganti Wali Kota Tri Rismaharini.

Di laman resmi Persebaya.id Azrul mencurahkan bagaimana sikapnya terkait Pilwali 2020. Pria yang memiliki hobi bersepeda ini memang sebelumnya belum pernah terjun di dunia politik praktis.

1. Tegas tidak ingin ke politik

IDN Times/Hendy Wardhana

 

Azrul mengungkapkan, kalau pernah disangka ingin jadi gubernur atau pun wali kota saat mengambil alih klub Persebaya. Tapi dia dengan tegas menjawabnya tidak punya ambisi di dunia politik.

"Waktu itu, jawaban saya sangat cepat dan tegas, tidak," tegasnya.

Belakangan ini, lanjut Azrul, tiba-tiba namanya banyak muncul lagi. Entah dikaitkan dengan nama orang yang ingin maju, atau dimunculkan sebagai calon untuk maju.

"Lewat tulisan ini, saya ingin menegaskan jawaban saya dulu: Bahwa saya tidak punya ambisi sama sekali di dunia politik. Saya tidak ingin jadi wali kota atau yang lain," ungkap Azrul.

2. Ingin fokus untuk anak muda dan olahraga

IDN Times/Hendy Wardhana

 

Lebih lanjut, Azrul bercerita kalau sudaj punya passion pribadi yaitu tentang anak muda dan olahraga. Dia membeberkan, terinsipirasi oleh ayah angkatnya waktu SMA di Amerika, yang mendedikasikan hampir seluruh hidupnya untuk membina orang muda.

"Saya ingin fokus berkarya di dunia itu. Dan saya merasa punya talenta untuk berkarya di dua dunia itu dalam skala yang besar," kata Azrul

"Kalau saya menyatakan maju jadi wali kota atau jabatan politik lain, maka itu berarti saya mengingkari diri sendiri. Itu berarti saya mengkhianati semua tanggung jawab saya, termasuk Persebaya," lanjutnya.

Azrul kembali menegaskan tidak ingin membawa Persebaya ke dunia politik. Dia berharap, semua yang cinta Persebaya bisa memahami ini, serta mengupayakan hal yang sama. Membuat Persebaya untuk kali pertama dalam sejarah bisa memisahkan diri dari dunia politik.

"Akan banyak cobaannya. Akan banyak gangguannya. Sekarang saja sudah mulai terasa. Di mana manajemen sebuah klub olahraga waktu dan energinya bisa lebih banyak dikuras untuk mengurusi hal-hal yang bukan soal olahraga," terangnya.

3. Akui cinta Persebaya dan apresiasi Bambang DH serta Risma

IDN Times/Hendy Wardhana

 

Azrul juga mengungkapkan kecintaannya kepada Surabaya. Dia melihat Kota Pahlawan akan menghadapi gejolak pemilihan mencari pemimpin pasca dua periode Risma.

"Tidak ada manusia sempurna, tidak ada pemimpin yang sempurna. Tapi Bu Risma tergolong yang spektakuler kalau dibandingkan dengan kota-kota besar lain di Indonesia," ujar Azrul, Rabu (24/7).

Azrul juga membeberkan kondisi Surabaya sekitar tahun 2000. Dia menyebut sampah yang tak karuan, banjir luar biasa, dan berbagai macam masalah perkotaan lain seperti penataan kaki lima.

"Surabaya beruntung. Dapat dua pemimpin yang membawa ke arah lebih baik. Pak Bambang DH mampu membelokkan kota ini menuju lebih baik. Bu Risma merapikannya menjadi seperti sekarang," ungkapnya.

Baca Juga: Jelang Pilwali Surabaya 2020, Eri Cahyadi Mulai Kantongi Dukungan Kiai

Berita Terkini Lainnya