TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Penangkapan Terduga Teroris Makin Banyak, Ali Fauzi Ungkap Penyebabnya

Pada kurun 2015-2022 ada 3.000 orang yang ditangkap

Mantan napiter dan pendiri Yayasan Lingkar Perdamaian Lamongan, Ali Fauzi Manzi saat di ITS. Dok. Humas ITS

Surabaya, IDN Times - Mantan narapidana (napi) terorisme kasus bom Bali 2002, Ali Fauzi Manzi menyebut jumlah terduga teroris yang ditangkap pada kurun 2015-2022 mencapai 3.000 orang. Jumlah itu lebih banyak daripada saat ia masih aktif dalam dunia terorisme di tahun 2002 - 2014. Data itu, kata Ali, menunjukkan bahwa radikalisme dan terorisme masih menjadi momok bagi negara.

1. Radikalisme muncul karena pertemanan dan kekeluargaaan

Mantan napiter dan pendiri Yayasan Lingkar Perdamaian Lamongan, Ali Fauzi Manzi saat di ITS. Dok. Humas ITS

Menurut Ali, berdasarkan riset Marc Sageman kebanyakan orang bergabung dengan jaringan radikali karena pertemanan dan kekeluargaan. “Saya dulu bersama saudara saya dalam menjalankan pengalaman menyedihkan ini (melakukan bom Bali pada tahun 2002," ujarnya saat memberikan materi deradikalisme di ITS, Selasa (2/8/2022).

Radikalisasi, kata Ali, bukanlah sebuah produk dari keputusan yang singkat, tetapi hasil dari sebuah proses panjang. Menurut pengalamannya, proses ini terjadi dengan perlahan-lahan mendorong seseorang untuk berkomitmen pada aksi kekerasan atas nama Tuhan. Namun alasan yang membuat anggotanya tetap tinggal yakni, adanya dukungan sesama anggota.

Baca Juga: Putra Amrozi: Tak Mudah Menjadi Anak Napi Terorisme

2. Anggotanya diikat dengan dua pendekatan khusus

Mantan napiter dan pendiri Yayasan Lingkar Perdamaian Lamongan, Ali Fauzi Manzi saat di ITS. Dok. Humas ITS

Lebih dalam, Ali mengungkapkan, pada dasarnya komunitas teroris itu menyediakan dua support kepada para anggotanya. Pertama adalah support moral melalui pemberian pemahaman radikal kepada para anggotanya dengan pengajian, idad, rihlah, mukhoyamah, dan sebagainya. Kedua adalah support material seperti bantuan pendidikan, lapangan kerja dan bantuan kesehatan.

Kedua support itu, kata dia, membuat anggotanya nyaman dan sulit untuk keluar. Jika  mereka nekat keluar akan dikucilkan, dimusuhi bahkan diancam dibunuh. Oleh karenanya, ia mengatakan bahwa sangat penting membentuk sebuah komunitas baru yang memberikan support serupa yang bersifat positif. “Seperti cinta negara, cinta polisi/TNI, cinta perdamaian, toleransi, menjunjung Islam yang ramah bukan marah,” ucap Ali.

Baca Juga: Ali Fauzi Sebut Abu Bakar Ba'asyir Sudah Tak Terlibat Teror

Berita Terkini Lainnya