Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Malang, IDN Times - Belajar dari rumah telah berjalan lebih dari satu bulan lamanya. Kebijakan ini diambil Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa setelah merebaknya COVID-19 pada Maret lalu. Perpanjangan demi perpanjangan terus dilakukan lantaran si virus tak kunjung pulang.
Tantangan besar pun menanti para tenaga pendidik. Utamanya bagi guru yang mengajar di sekolah luar biasa (SLB). Salah satu guru SLB di Kabupaten Malang, Aliffian Fajar Rahman membagikan kisahnya kepada IDN Times.
1. Mulanya bekali siswa dengan handout
Ilustrasi belajar jarak jauh/IDN Times Di tempatnya mengajar, Aliffian memegang bidang tuna grahita atau keterbelakangan mental. Di sini dia memiliki lima orang siswa. Mulanya, aktivitas belajar dari rumah tidak ada masalah baginya. Skema matang telah disiapkannya sebelum mengikhlaskan siswanya tidak berangkat ke sekolah selama satu minggu.
"Awalnya kegiatan di rumah dilakukan dengan cara pemberian handout yang sudah disediakan," ujarnya saat dihubungi, Rabu (22/4).
Baca Juga: Kisah Guru Lereng Gunung Semeru yang Mengajar di Tengah Pagebluk
2. Karena diperpanjang, berikan tugas secara online
Guru SLB Aliffian Fajar Rahman memberikan materi online ke siswanya. Aliffian Fajar for IDN Times Tantangan baru pun menghampiri Aliffian. Ternyata kebijakan belajar pun diperpanjang. Bahkan sampai lebih dari satu bulan lamanya. Dia pun memutar otak agar siswanya di rumah tetap belajar sesuai kurikulum sekolah.
"Tidak memungkinkan bagi guru menyiapkan handout dan wali murid yang tidak mungkin dikumpulkan ke sekolah untuk mengambilnya," katanya.
"Oleh karena itu, tugas diberikan secara online melalui WhatsApp atau email. Tugas bisa diberikan setiap hari," dia melanjutkan.
3. Materi ajar tidak selalu tentang kurikulum tapi juga PHBS
Ilustrasi belajar dari rumah. (IDN Times/Dini Suciatiningrum) Setelah berjalan, tugas yang diberikan kepada siswa tidak bisa langsung dikerjakan begitu saja. Wali murid yang menjadi jembatan antara guru dengan siswa yang ternyata tidak semuanya dapat mengendalikan anaknya. Maklum, siswa Aliffian memiliki keterbatasan sendiri yang tetap harus disyukuri.
"Dari lima siswa, tiga saja yang aktif. Mengumpulkan tugas tepat waktu. Kadang saya tanya ke ibunya kenapa tidak ngumpulkan tugas, dijawab kalau anaknya sedang tidak mau belajar," dia menjelaskan.
Perlahan tapi pasti, sang guru mencoba terus memberikan tugas beranekaragam. Tak melulu soal kurikulum, dia juga menyelipkan materi pola hidup sehat dan bersih (PHBS). Wajar saja, karena sekarang lagi pandemik COVID-19.
"Intinya sabarnya harus ditambah, karena tidak mudah mengontrol siswa saya secara jarak jauh," ujarnya.
Baca Juga: Jaga Suasana Hati Anak, Kunci Belajar di Rumah ala Adinda