Bung Karno dan Kedekatan Historis dengan Perlawanan Arek-arek Suroboyo
Bung Karno Bonek nyel, WANI!
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Surabaya, IDN Times - Mengulas sepak terjang Presiden Soekarno memang tidak akan ada habisnya. Sosok presiden pertama sekaligus proklamator kemerdekaan Republik Indonesia (RI) ini kembali dibahas dalam diskusi daring bertema "Bung Karno Kelahiran Surabaya dan Gagasan To Build the World a New” yang digelar DPC PDIP Surabaya, Sabtu malam (6/6).
Diskusi ini sekigus memperingati bulan lahir founding father yang akrab disapa Bung Karno. Dalam diskusi ini menghadirkan sejarawan dan dosen Universitas Le Havre Normandy, Perancis, Prof Darwis Khudori; dan dosen Ilmu Sejarah Unair, Adrian Perkasa.
1. Lahir, sekolah, dan besar di Surabaya
Pada kesempatan itu, Adrian mengulas mengenai kelahiran Bung Karno yang masih acap kali jadi perdebatan. Berdasarkan bukti otentik dan berbagai literatur, menurutnya pria yang mempunyai julukan Putra Sang Fajar ini lahir di Kampung Pandean Gang IV, Kecamatan Genteng, Surabaya. Dia adalah arek Suroboyo asli.
Salah satu rujukan yang digunakan buku Im Yang Tjoe pada 1933 berjudul ”Soekarno Sebagi Manoesia”. Buku itu terbit tiga puluh tahun sebelum biografi tentang Soekarno berjudul ”Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia” karya Cindy Adams.
”Biografi pertama Bung Karno karya Im Yang Tjoe ditulis sebelum Indonesia lahir, jauh sebelum Bung Karno menjadi presiden, dia telah menarik minat kalangan penulis,” ujar Adrian.
Bung Karno muda, lanjut Adrian, menimba ilmu di Horgere Burger School (HBS) yang kini beralih fungsi sebagai Kantor Pos Kebon Rojo, Surabaya. Dia juga ngekos di Peneleh Gang VII Surabaya, rumah milik HOS Tjokroaminoto.
Baca Juga: Seatap di Rumah Peneleh, Kisah Soekarno dan Sang Guru Tjokro
Baca Juga: Cerita Hwie, Kenang Detik Proklamasi hingga Wawancara Khusus Soekarno