TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Ada Ratusan Timbulan Sampah Plastik di Brantas, Aktivis Suarakan Ini

Mereka mengirim surat pada para kepala daerah

Sampah plastik yang ditemukan di hilir sungai Brantas. Dokumentasi Ecoton

Surabaya, IDN Times - Sampah plastik yang mencemari Sungai Brantas menjadi perhatian khusus aktivis lingkungan. River Warrior Indonesia pun membeberkan sejumlah fakta pencemaran sungai setelah melakukan susur Sungai Brantas dari Mojokerto - Surabaya.

Fakta-fakta itu disampaikannya melalaui surat terbuka tertanggal 21 September 2021 yang ditujukan kepada Gubernur Jatim, Wali Kota Surabaya, Bupati Gresik, Sidoarjo, Mojokerta serta perusahaan-perusahaan produsen dengan kemasan plastik yang sampahnya dibuang masyarakat ke sungai.

Baca Juga: Duh! Mangrove Surabaya Dipenuhi Sampah Plastik

1. Temukan 302 timbulan sampah plastik di Sungai Brantas pada Agustus 2021

Tujuh komunitas pencinta lingkungan melakukan brand audit terhadap sampah di hilir sungai Brantas. Dokumentasi Ecoton

Ketua River Warrior Indonesia, Thara Bening Sandrina mengatakan, komunitasnya melakukan penyusuran Sungai Brantas mulai dari Mojokerto hingga Surabaya sejak Agustus 2021. Hasilnya, mereka menemukan 302 timbulan sampah di sepanjang bantaran sungai.

Timbulan sampah ini didominasi oleh sampah berjenis plastik terutama sachet, seperti bungkus produk makanan, bungkus produk perawatan tubuh, dan bungkus produk keperluan rumah tangga.

"Hal ini menunjukan masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan," ujarnya tertulis.

Selain itu, juga melakukan kegiatan clean-up di wilayah pesisir Surabaya pada Muara Wonokromo, di Mangrove Wonorejo. Kondisi pantai dan hutan mangrove dipenuhi oleh sampah plastik, akar dan ranting tumbuhan mangrove terjerat oleh sampah plastik.

"Dari hasil clean-up yang telah kami lakukan, diketahui terdapat top 3 merek yang paling banyak ditemukan, yaitu Unilever, Wings, dan Indofood," kata dia.

2. Belum adanya sarana yang memadai bikin masyarakat buang sampah ke sungai

Sampah palstik di sepanjang sungai Brantas. Dokumentasi Ecoton

Menurut Thara, sampah itu dibuang ngawur lantaran sarana pengelolaan sampah dan transportasi pengangkutan sampah yang disediakan pemerintah dianggap buruk dan kurang merata. Ini karena transportasi sampah tidak menjangkau semua daerah tempat tinggal warga.

"Tidak tersedianya tempat sampah dan Tempat pengolahan sampah sementara (TPST) menjadi alasan warga untuk menangani sampah rumah tangga yang dihasilkan sehari hari dengan cara dibakar, ditimbun, dan dibuang ke sungai, lahan kosong, atau tepian jalan," tegas dia.

Permasalahan lain yang terjadi yaitu kurangnya kesadaran masyarakat dalam memilah sampah. Masyarakat Jatim tidak terbiasa memilah sampah organik dan anorganik yang dihasilkan, padahal memilah sampah merupakan salah satu solusi pengurangan jumlah timbunan sampah agar dapat dimanfaatkan dan tidak berakhir di TPA.

Baca Juga: Sampah Plastik Branded Ditemukan di Hulu-Hilir Sungai Brantas

Berita Terkini Lainnya