Senyum Getir Petani Banyuwangi Meski Harga Gabah Tinggi
Bimbang, gabah dijual atau dimakan saat beras mahal
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Banyuwangi, IDN Times - Senyum getir nampak di wajah Warijan (53), petani padi asal Dusun Selorejo, Desa Kaligondo, Kecamatan Genteng, Banyuwangi, Jawa Timur. Meski gabah hasil panen saat ini dihargai Rp7.500 perkilonya, namun Warijan masih merasa khawatir. Ini karena, panen yang diperolehnya kali tidak cukup berbobot. Selain itu, di pasaran harga beras mampu mencapai angka Rp16.000 perkilogram.
1. Produktivitas dibawah normal panen
Warijan mengatakan, rutinitas hujan yang terlalu pekat dalam tiga bulan terakhir ini membawa duka bagi dirinya. Panen yang digadang-gadang mencapai 1 ton lebih di lahan seperempat hektare miliknya, memberikan hasil yang tidak memuaskan. Panen kali ini, Warijan hanya bisa mengumpulkan gabah kurang dari 1 ton.
"Hujan setiap hari disini. Pokoknya kalau siang sudah mendung itu datang, terus hujan. Belum lagi akhir-akhir ini angin juga kencang. Alamat panen tidak bagus," katanya, Jumat (23/2/2024).
Momen mahalnya harga jual gabah saat ini gagal dinikmati secara penuh oleh Warijan. Di harga gabah Rp7.500 saat ini, Warijan hanya memperoleh hasil penjualan total Rp3.000.000 dari 8 kuintal panen. Hasil panen yang ia kumpulkan tidak dijual semuanya.
"Normalnya bisa dapat lebih, kalau harganya mahal seperti saat ini seharusnya bisa dapat uang 8 jutaan kalau panen 1 ton lebih," cetusnya.
Baca Juga: Antrean Beras Murah di Ngawi Semakin Memprihatinkan
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.