TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Liput Demo, Mata Jurnalis Perempuan di Papua Barat Terkena Kelereng

Matanya terkena kelereng dari ketapel massa aksi

Olha saat dirawat di IGD RSAL. Dok Facebook Olha Mulalinda

Sorong, IDN Times - Tak ada berita seharga nyawa, begitulah yang dipercaya oleh jurnalis  Antara, Olha Mulalinda. Olha sudah mempersiapkan berbagai perbekalan untuk keselamatan dirinya saat meliput aksi demonstrasi di Sorong, Papua Barat. Namun apa daya, kesialan tetap menimpanya. Sebuah kelereng melesat ke matanya hingga membuat darah mengucur deras ke pipi. Olha adalah korban, bukti jaminan keselamatan jurnalis masih minimalis.

1. Aksi sudah berjalan ricuh sejak dimulai

Olha sebelum kejadian ketapel. Ia memakai helm untuk pengamanan. Dok Facebook Olha Mulalinda

Olha bercerita, pada Jumat (27/11/2020) ada aksi yang digelar di Jalan Ahmad Yani, depan Mall Sorong/Ramayana. Seperti biasa ia pun segera ke titik aksi berbekal kamera. Belum sempat ada orasi utama, tiba-tiba kericuhan pecah. Massa mulai anarkis. Tak hanya lemparan batu dan botol kaca, kelereng serta panah pun jadi amunisi. Polisi juga melawan dengan gas air mata. Olha pun mundur, memilih pulang dan mengambil perlengkapan perang lainnya.

"Sekitar pukul 09.00 WIB saya pulang dulu karena sudah tahu, ah ini akan rusuh. Sambil saya sarapan, saya siapkan kamera lensa tele supaya gak perlu dekat-dekat kerumunan massa," ujarnya saat dihubungi IDN Times, Sabtu (28/11/2020).

Ia tak mengerti jelas apa tujuan aksi tersebut. Belum sempat ada orasi dari massa, ricuh sudah terjadi. Ia menduga aksi tersebut dalam rangka penyuaraan kemerdekaan Papua Barat.

2. Sudah siapkan keamanan diri saat meliput

Olha saat dibopong ke IGD RSAL. Tampak ia masih memakai helm dan kamera lensa telenya. Dok Facebook Olha Mulalinda

Olha kembali ke titik demonstrasi dengan lebih siap. Kamera berlensa tele ditangannya membidik tiap gerakan aksi dengan sigap. Matanya pun sudah dioles pasta gigi untuk mengurangi sensasi perih dari gas air mata di udara. Ia juga mengenakan helm untuk menghindari leparan batu atau kaca. Semua berjalan lancar hingga Olha memutuskan untuk beristirahat.

"Sehabis Jumatan itu saya duduk-duduk ramai-ramai sama wartawan lain di bawah pohon. Ada polisi-polisi juga," tuturnya.

Lokasi istirahat Olha berjarak sekitar 600 meter dari titik aksi. Cukup jauh baginya untuk tidak lagi menghirup gas air mata dengan pekat. Ia memilih melepas penat sejenak dari aksi yang sudah melandai itu.

Namun tiba-tiba terdengar suara "prak". Sebuah kelereng dari ketapel melesat ke Olha. Sayangnya saat itu kaca helm yang ia kenakan sedang dibuka. Kelereng itu pun menghantam kuat hingga memecahkan kacamata kiri Olha. Serpihan kacamata pun bertebaran dan kemungkinan masuk ke dalam matanya.

"Saya kira tidak kenapa-kenapa. Tapi kok tiba-tiba pandangan saya hilang. Ternyata kata teman saya mata saya keluar darah," ungkap Olha.

Perih dan nyilu dirasa bersamaan. Darah terus mengucur dari matanya. Olha bertanya-tanya, apakah kini ia akan menjadi buta?. Rekanan jurnalis lainnya membantu Olha ke IGD RSAL Dr. Oetojo.

Baca Juga: Survei UNESCO: 73 Persen Jurnalis Perempuan Alami Kekerasan Online

3. Olha hampir kehilangan pengelihatannya

Olha saat dirawat di IGD RSAL. Dok Facebook Olha Mulalinda

Dalam momen singkat tersebut Olha merasa keajaiban Tuhan itu nyata. Ia mendapatkan keberuntungan di tengah kemalangan. Keberuntungan pertama, IGD terletak tak jauh dari lokasi ia terkena lesatan kelereng. Sehingga kondisi darurat itu bisa segera tertangani.

"Gak jauh, cuma jalan kaki saja sampai. Untungnya," sebutnya.

Setibanya di IGD, petugas medis langsung bertindak. Mata Olha dibersihkan dari serpihan-serpihan kaca. Lagi-lagi beruntung, ternyata serpihan kaca mengenai bagian kelompak mata hingga berdarah, bukan ke bola matanya.

"Semua dokter sama perawatnya bilang beruntung ya saya. Kalau sampai ke mata itu bisa bahaya sekali," ungkapnya.

Baca Juga: Kisah Tiga Jurnalis Perempuan Alami Kekerasan Ketika Bekerja, Miris!

Berita Terkini Lainnya