Soal Keracunan MBG, Zulhas Akui Waktu Kecil Mencret Kena Susu

- Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan memastikan pengawasan ketat terhadap Makan Bergizi Gratis (MBG) di bawah Badan Gizi Nasional.
- Pemerintah melibatkan ahli gizi dan BPOM untuk mengawasi mutu MBG, serta menyebut kemungkinan reaksi kesehatan siswa karena faktor alergi atau kebiasaan makan.
- Program MBG telah disalurkan kepada 20 juta penerima manfaat hingga Agustus 2025, dengan target capaian 80 juta penerima manfaat akhir tahun ini dan anggaran Rp300 triliun dari APBN mulai tahun depan.
Surabaya, IDN Times - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pangan, Zulkifli Hasan memastikan bahwa pengawasan terhadap Makan Bergizi Gratis (MBG) di bawah naungan Badan Gizi Nasional (BGN) akan diperketat. Mulai dari penyediaan dan penyiapan makanan di tingkat Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) hingga distribusinya di sekolah dan posyandu.
Pengetatan ini tak lepas dari sejumlah temuan terkait MBG. Mulai dari dugaan keracunan sampai ada pula binatang yang sempat disebut belatung, namun belakangan ini diklaim ulat buah yang ada di paket MBG sejumlah sekolah di Tuban.
Zulhas menegaskan bahwa pemerintah melakukan pengawasan mutu MBG dengan melibatkam ahli gizi. "Ini ada ahli gizi melibatkan BPOM, mau melibatkan pemerintah daerah, diawasi dengan ketat," katanya saat di Surabaya, Kamis (21/8/2025). "Jadi memang betul-betul ketat sekali pengawasannya. Termasuk bahan bakunya dan sebagainya, cara mencucinya, penyajiannya itu ketat sekali," katanya menambahkan.
Sementara itu soal siswa yang mengalami reaksi kesehatan seperti keracunan sesudah mengonsumsi MBG, Zulhas menyebut ada kemungkinan faktor anak belum terbiasa atau alergi dengan menu makanan yang disajikan.
"Hanya mungkin kalau saya dulu ya, gak tahu sekarang. Dulu saya dikasih susu, saya mencret (diare). Dulu saya karena masih masih kecil, kan ada juga bantuan dulu. Kalau saya minum susu gitu karena saya dulu enggak enggak bisa," katanya.
"Nah, khawatirnya (yang keracunan) mungkin kalau makanan yang belum (biasa). Bukan berarti salah masak kan? Karena memang kitanya belum terbiasa ya, belum terbiasa. (Mungkin yang alergi juga didata di setiap sekolah). Nah, ini ada yang alergi juga. Kalau saya susu enggak bisa gitu. Ya, kalau saya ya dulu," sambungya.
Sementara itu terkait capaian MBG hingga bulan Agustus 2025 ini, Zulhas menyebut sudah disalurkan kepada 20 juta penerima manfaat--sebelumnya ditulis jumlah dapur SPPG-. Pihaknya optimis target capaian 80 juta penerima manfaat bisa segera disalurkan akhir tahun ini.
Selain itu Zulhas menyebut program MBG ini telah mendapat gelontoran anggaran senilai Rp300 triliun dari APBN mulai tahun depan. "Sehingga terjadi percepatan, kalau bulan lalu 7 jutaan, bulan ini sudah, datanya 20 juta. Mudah-mudahan kita bisa ngejar sampai akhir Desember nanti bisa 80 juta, karena petugasnya semua sudah hampir selesai," pungkasnya.