Media Sosial, Jalan Ninja Aktivis Surabaya Sampaikan Aspirasi

Surabaya, IDN Times - Menyuarakan kebenaran dan mengkritik pemerintah tak perlu harus turun ke jalan. Itulah kata Aulia Thaariq Akbar yang merupakan Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Airlangga (BEM Unair). Kini media sosial menjadi jalan ninja para aktivis menyampaikan aspirasi.
Pria yang akrab disapa Atta itu mengatakan, gerakan aktivisme mahasiwa di Jawa Timur, terutama Surabaya berlahan mulai berubah. Penyampaian kritik kepada pemerintah bisa dilakukan dengan berbagai macam cara, salah satunya lewat media sosial.
"Sekarang ini perubahan aksi banyak variasinya, salah satunya dari sosial media, jadi memanfaatkan apa yang sudah ada, gak harus turun ke jalan," ujarnya kepada IDN Times, Sabtu (26/10/2024).
Atta percaya, media sosial bisa menjadi wadah bagi aktivis dan mahasiswa untuk mempengaruhi opini publik. Apalagi, saat ini ada istilah "No Viral, No Justice,". "Ketika satu isu itu menjadi perhatian publik, pasti orang terkait itu akan fokus di sana. Itu sudah dibuktikan dengan isu-isu sebelumnya," kata dia.
Meski media sosial kini menjadi tempat aktivis menyampaikan aspirasinya, aksi turun ke jalan tetap relevan dilakukan. Seperti contohnya aksi terakhir yang dilakukan mahasiswa Se-Jatim mengawal putusan MK pada Agustus 2024 lalu yang akhirnya berhasil membatalkan rencana DPR RI untuk menganulir putusan MK.
"Kalau dibilang, aksi itu tidak hanya sebatas tuntutannya bisa diterima, kebijakan diubah tidak, tetapi lebih memberikan awarness kepada masyarakat. Karena misalkan masyarakat nih bertanya, ramai-ramai ada apa. Oh ada demo soal isu ini, kan akhirnya masyarakat tahu. Nah itu yang ingin kita bawa, sebagai sarana pencerdasan an politik di masyarakat langsung di lapangan," kata Atta.
Bagi Atta, walaupun penyampaian aspirasi dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, esensi dari pergerakan mahasiswa tidak akan berubah. Mahasiswa Jawa Timur tetap berpihak pada masyarakat dan mengawal kebijakan pemerintah.
"Kami mahasiswa ini kan bisa dibilang suaranya masyarakat, otomatis kita berpihak pada masyarakat, kita selalu menyuarakan, saya pikir komitmen di situ," ungkapnya.
Saat ini, fokus aktivis Surabaya terutama BEM SI Jatim adalah mengawal kebijakan Presiden Prabowo Subianto yang baru saja dilantik pada 20 Oktober lalu. Terbaru soal isi dari pidato presiden.
"Perhati in temen-temen masih melihat bagaimana langkah dari presiden terpilih ini seperti apa," katanya.
Ditanya apakah gerakan aktivisme saat ini masih relevan dengan Sumpah Pemuda, ia menyebut masih sangat relevan. Bedanya, jika dulu Sumpah Pemuda untuk menyatukan anak muda di seluruh Tanah Air melawan penjajah, kini gerakan pemuda Indonesia lebih kepada bahu-membahu mengurangi ketimpangan sosial. "Misalnya kita bisa melihat ketimpangan yang ada di masyarakat atau ketidakadilan dari kebijakan, nah itu kita yang bahu," pungkas dia.