Ironi, SDN di Ponorogo Tak Punya Satu pun Siswa Baru

- SDN Setono di Ponorogo tidak memiliki satu pun siswa baru di tahun ajaran 2025/2026
- Hanya memiliki 14 siswa aktif yang tersebar di kelas 3, 4, dan 6, karena persaingan dengan sekolah swasta di sekitar
- Pihak sekolah masih membuka pendaftaran dengan harapan ada orang tua yang bersedia menyekolahkan anaknya di sana
Ponorogo, IDN Times – Tahun ajaran baru biasanya menjadi momen yang ditunggu-tunggu oleh para siswa dan sekolah. Namun, suasana berbeda justru menyelimuti SD Negeri Setono, yang berada di Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Sekolah dasar negeri yang sudah lama berdiri itu kini menghadapi kenyataan pahit: tidak mendapatkan satu pun siswa baru di tahun ajaran 2025/2026.
1. Bangunan lengang, hanya punya 14 murid

Bangunan sekolah tampak lengang. Tak ada tawa riang anak-anak, tak terdengar langkah kecil menuju ruang kelas. Di ruang kelas satu, yang biasanya menjadi tempat siswa baru belajar mengenal huruf dan angka, hanya terlihat lantai kosong dan beberapa mukenah yang tergelar. Kelas dua pun sama sunyinya—tanpa satu pun murid.
Saat ini, SDN Setono hanya memiliki 14 siswa aktif, yang tersebar di kelas 3, 4, dan 6. Kelas tiga sendiri hanya diisi oleh dua siswa, yang kini belajar dalam keheningan.
2. Orangtua lebih memilih menyekolahkan anaknya di sekolah swasta

Plt Kepala SDN Setono, Suhadi, mengatakan fenomena ini terjadi karena meningkatnya jumlah sekolah swasta di wilayah sekitar. Banyak orangtua lebih memilih menyekolahkan anak-anak mereka ke sekolah swasta yang dianggap memiliki fasilitas dan kualitas pendidikan yang lebih baik. "Persaingan semakin ketat, dan banyak orangtua kini lebih condong memilih sekolah swasta," ujar Suhadi saat ditemui di sekolah, Senin (14/7/2025).
Meskipun belum mendapat murid baru, pihak sekolah masih membuka pendaftaran dengan harapan masih ada orang tua yang bersedia menyekolahkan anaknya di sana. "Harapan kami, masih ada satu atau dua anak yang masuk, agar sekolah ini tetap bisa berjalan,” tambahnya. Fenomena ini menggambarkan potret buram pendidikan dasar di wilayah pedesaan. Ketimpangan akses pendidikan, menurunnya kepercayaan terhadap sekolah negeri, serta arus komersialisasi pendidikan menjadi tantangan besar yang harus dijawab pemerintah dan para pemangku kebijakan.
3. Di Trenggalek juga ada SDN yang cuma dapat satu murid

Nasib serupa juga dialami oleh sejumlah sekolah. Salah satunya dialami oleh SDN 1 Kendalrejo, Kecamatan Kedurenan, Kabupaten Trenggalek. Pada penerimaan siswa tahun ini, SD ini hanya mendapatkan satu murid baru. Murid baru bernama Rohmat Widianto (7) tampak mengikuti Masa Pegenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) sendirian. Meski begitu, pihak sekolah berjanji tetap akan memberikan layanan pendidikan untuk Rohmat.
Kepala SD Negeri 1 Kendalrejo, Didin Luskha mengatakan untuk tahun ajaran 2025-2026 mereka hanya mendapatkan 1 siswa saja. Minimnya jumlah siswa yang mendaftar ini disebabkan oleh beberapa hal. Diantaranya, jumlah lulusan TK yang sedikit. Sedangkan jumlah lembaga pendidikan setingkat cukup banyak. "Kalau di sini banyak pesaing. Kami harus bersaing dengan 6 lembaga pendidikan lain," ujarnya, Senin (14/07/2025).
Jika tak ada langkah konkret, bukan tidak mungkin sekolah-sekolah seperti SDN Setono dan SDN 1 Kendalrejo akan tinggal kenangan—terhapus oleh zaman dan berganti jadi jejak sunyi di tengah gegap gempita pendidikan yang tidak merata.