Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Gapasdap Beri 4 Rekomendasi Soal Megathrust

IMG-20250907-WA0014.jpg
Ketua Bidang Usaha dan Pentarifan Dewan Pimpinan Pusat (DPP Gapasdap) Rakhmatika Ardianto. Dok. Pribadi Narsum
Intinya sih...
  • Prediksi BMKG tentang gempa megathrust magnitudo 8,5 di Bali dan Lombok menggegerkan publik.
  • Ketua Gapasdap menekankan pentingnya edukasi yang memadai untuk menghindari kepanikan luas dan gangguan stabilitas ekonomi.
  • Gapasdap merekomendasikan peningkatan Early Warning System, optimalisasi sarana pendeteksi bencana, latihan mitigasi rutin, dan koordinasi solid BMKG–BNPB–Pemda.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Surabaya, IDN Times - Prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) tentang potensi gempa megathrust berkekuatan magnitudo 8,5 di selatan Bali dan Lombok sontak menggegerkan publik. Alih-alih menenangkan, pernyataan tersebut justru memantik kepanikan luas, bahkan dikhawatirkan bisa mengguncang stabilitas ekonomi nasional.

Ketua Bidang Usaha dan Pentarifan Dewan Pimpinan Pusat (DPP Gapasdap) Rakhmatika Ardianto dengan tegas mengingatkan agar BMKG lebih bijak dalam menyampaikan informasi kebencanaan. “Berita yang menakutkan seperti ini, tanpa diiringi edukasi yang memadai, berpotensi besar mengganggu stabilitas ekonomi dan psikologis masyarakat,” tegas Rakhmatika di Surabaya, Minggu (7/9/2025).

Menurutnya, kepanikan yang timbul bisa memukul sektor vital, terutama pariwisata di Bali dan Lombok, yang sangat bergantung pada rasa aman wisatawan dan masyarakat. “Ketakutan yang berlebihan dapat menghambat aktivitas ekonomi dan pariwisata. Padahal dua daerah ini adalah tulang punggung devisa,” katanya.

Gapasdap menilai, sebagai lembaga resmi, BMKG seharusnya tidak sekadar melempar prediksi menakutkan, tetapi memberikan arahan konkret. “Alih-alih membuat pernyataan yang memicu ketakutan, BMKG seharusnya memberikan panduan praktis tentang apa yang harus dilakukan masyarakat saat terjadi gempa atau tsunami,” tegas Rakhmatika.

Sebagai negara di jalur cincin api Pasifik, Indonesia memang rawan bencana. Namun, solusi yang ditawarkan bukan sekadar prediksi, melainkan sistem yang lebih kuat dan edukasi masyarakat yang berkelanjutan.

Gapasdap merekomendasikan empat langkah strategis. Yakni, meningkatkan akurasi dan kecepatan Early Warning System agar masyarakat punya waktu cukup untuk evakuasi. Optimalisasi sarana pendeteksi gempa dan tsunami di seluruh wilayah rawan. Latihan mitigasi bencana rutin, melibatkan masyarakat, sekolah, hingga sektor industri. Koordinasi solid BMKG–BNPB–Pemda demi respons cepat, tepat, dan terstruktur.

Lebih lanjut, Rakhmatika juga menyoroti akurasi prediksi cuaca BMKG yang kerap dipertanyakan publik. “Jika prediksi curah hujan saja masih sering meleset, maka perbaikan fundamental pada sistem prediksi harus jadi prioritas utama. Karena akurasi data adalah modal utama untuk membangun kepercayaan publik,” tegasnya.

Kekhawatiran publik bermula dari pernyataan Pepen Supendi, ahli seismologi di Direktorat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG. Dalam kunjungannya ke Mataram, Selasa (26/8/2025), Pepen mengungkap potensi gempa megathrust di selatan Bali, NTB, hingga NTT. “Pusat studi gempa nasional memprediksi bisa terjadi gempa mencapai magnitudo 8,5,” katanya.

Ia menekankan, masyarakat di pesisir selatan harus waspada. “Kita harus ada kesiapan untuk hadapi gempa besar. Bukan untuk menakuti, tapi untuk kesiapsiagaan,” pungkasnya.

Share
Topics
Editorial Team
Zumrotul Abidin
EditorZumrotul Abidin
Follow Us

Latest News Jawa Timur

See More

Usai Aksi Rusuh Agustus Lalu, PAM Swakarsa Terbentuk di Surabaya

07 Sep 2025, 13:23 WIBNews