Energi Tak Pernah Putus: Peran Pertamina di Tengah Krisis Jalur Gumitir

- Krisis BBM di Jember akibat penutupan Jalur Gumitir menyebabkan antrean panjang dan harga meroket.
- Pemerintah daerah turun tangan dengan menambah pasokan BBM, memantau distribusi, dan mengantisipasi kelangkaan.
- Pertamina bergerak cepat dengan mengalihkan suplai lintas region, mengerahkan mobil tangki, dan memberikan perhatian pada awak mobil tangki serta warga yang mengantre.
Jember, IDN Times – Matahari belum terlalu tinggi. Deretan kendaraan sudah mengular di beberapa Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Jember. Mulai dari motor hingga mobil pribadi, dari truk logistik hingga angkutan kota. Semua menunggu dengan tatapan penuh kecemasan. Suara klakson sesekali terdengar, bercampur dengan keluhan lirih warga yang lelah.
Sejak Kamis, 24 Juli 2025. Saat penutupan Jalur Gumitir diberlakukan. Kabupaten Jember berubah drastis. Energi—yang selama ini dirasa biasa saja—tiba-tiba jadi rebutan. Kelangkaan BBM merebak, antrean panjang tak terelakkan, dan masyarakat harus beradaptasi dengan situasi darurat.
War BBM: suara warga yang terjepit

Seorang warga Jember, Faiz Syafiq (28), tahu betul bagaimana krisis ini dimulai. Ia mengingat antrean mulai mengular sejak Kamis, 24 Juli. Namun, puncaknya terjadi dua hari kemudian. Hari-hari Faiz pun berubah drastis. Kini, ia harus mengatur waktu. Antara bekerja di lapangan dengan antre selama berjam-jam, demi mendapatkan beberapa liter bensin.
"Antrean BBM di beberapa titik mulai Kamis, tapi masih bisa ditoleransi. Sabtu itu benar-benar parah, semua SPBU penuh. Sampai sekarang antrean masih panjang, meski sudah ada sedikit perbaikan," tutur Faiz, Selasa (29/7/2025).
Faiz sendiri pernah harus mengantre 4 jam hanya untuk bisa mengisi penuh tangki kendaraannya. Namun itu belum seberapa. Ada yang lebih parah. Seperti yang dirasakan tetangga hingga teman-teman Faiz. "Ada teman saya yang antre 10 jam, dari jam 10 malam sampai jam 8 pagi. Ada juga yang sudah antre lama, eh tetap kehabisan," ungkapnya.
Kelangkaan yang terjadi ini membuat pekerjaan Faiz terganggu. Sebagai orang lapangan, ia butuh mobilitas tinggi. Ia pun dibuat meradang oleh kondisi. "Kalau BBM susah, otomatis pekerjaan tertunda. Mobilitas terbatas. Sungguh mengganggu," ungkapnya.
Tak hanya antrean panjang, harga juga meroket di tangan pedagang nakal naiknya terbilang-ugal-ugalan. “Ada tengkulak yang jual sampai Rp20 ribu per liter. Beberapa orang malah panic buying, menimbun untuk pribadi,” tambah Faiz.
Warga Jember lainnya, Afan Fathoni (42) menyebut situasi itu seperti 'perang' memperebutkan BBM. "Sudah beberapa hari antrean di SPBU sampai Pertamini. Masyarakat berebut. Banyak yang sampai ke Lumajang cari BBM," katanya. Akibatnya, daerah lain ikut terganggu. "Saudara saya di Lumajang juga mengeluh. Karena orang Jember lari ke sana, Lumajang juga ikut antre," beber Afan.
Harga BBM eceran pun melambung gila-gilaan. "Pertalite bisa Rp20 ribu per botol. Pertamax Turbo sampai Rp30 ribu. Pedagang eceran ikut antre, lalu dijual ulang," ujarnya kecewa. Lebih dari itu, Afan menilai pemerintah seharusnya bisa mengantisipasi. "Kalau ada simulasi dulu, pasti bisa dipetakan risikonya. Jadi tidak sebatas alihkan jalan saja. Kesannya koordinasi kurang. Akibatnya sekarang BBM susah, ekonomi ikut kacau," tegasnya.
Bagi sopir truk logistik, penutupan Jalur Gumitir juga meninggalkan cerita panjang. Ketua Asosiasi Sopir Logistik Indonesia (ASLI), Slamet Barokah mengakui kalau para sopir merugi besar. "Sejak jalur ditutup, kami para sopir truk sangat kesulitan dan rugi. Operasional jauh lebih besar dan waktu lebih lama," bebernya. Rute memutar menambah biaya bahan bakar, waktu tempuh dan tenaga.
Bupati hingga Gubernur turun lapangan

Di tengah situasi mencekam itu, pemerintah daerah mulai bergerak. Bupati Jember, M. Fawait, melakukan koordinasi langsung dengan Pertamina. Hasilnya pasokan ditambah, meski butuh waktu untuk pemenuhannya. "Suplai BBM ke Jember sudah kami naikkan dua kali lipat. Dari rata-rata 1.000 kilo liter per hari, menjadi 2.133 kilo liter. Ini untuk memastikan stok aman," ujar Fawait dalam keterangan resminya.
Ia juga menginstruksikan agar SPBU dipantau ketat, memastikan distribusi benar-benar sampai ke masyarakat. "Sekitar 40 SPBU di Jember semua kami awasi. Antrean sudah mulai berkurang. InsyaAllah situasi menuju normal," tambahnya.
Dari level provinsi, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak ikut menyoroti dampak penutupan Jalur Gumitir. Menurut Emil, jalur itu bukan sekadar jalan penghubung Jember–Banyuwangi, melainkan urat nadi logistik. "Ketika ditutup, otomatis distribusi terganggu. Termasuk BBM. Dampaknya langsung ke masyarakat," katanya.
Emil mengakui ada keluhan dari warga terkait antrean panjang. "Ini harus kita kelola dengan lebih baik. Saya sudah koordinasi dengan Pertamina untuk memastikan ada suplai tambahan dari Surabaya dan Malang, juga dari lintas Jawa Tengah," ujarnya.
Gubernur Khofifah pastikan distribusi dan pantau lapangan

Puncak intervensi datang dari Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, yang turun langsung ke Jember. Pada 31 Juli 2025, Khofifah melakukan inspeksi mendadak (sidak) di dua SPBU, yakni SPBU Kaliwates dan SPBU Mangli. "Kelangkaan BBM di Jember beberapa hari ini memang akibat penutupan Jalur Gumitir. Tapi ada faktor lain, yakni kemacetan di Ketapang, Banyuwangi," katanya.
Menurutnya, saat itu BMKG mengeluarkan larangan pelayaran di Selat Bali karena gelombang tinggi. "Akibatnya, antrean panjang terjadi di Ketapang–Gilimanuk. Ekosistem distribusi terganggu. Padahal Jember ini suplai dari Terminal Tanjung Wangi Banyuwangi," jelasnya.
Khofifah menegaskan, ia akan terus memantau distribusi BBM. "Saya ingin memastikan bahwa suplai BBM ke Jember benar-benar lancar. Pertamina sudah melakukan berbagai upaya, termasuk tambahan mobil tangki dan suplai dari Surabaya serta Malang. Ini harus terus kita kawal,” katanya.
Kehadiran Khofifah di lapangan menjadi semacam penyemangat bagi warga. "Kami senang Gubernur datang langsung. Artinya, masalah ini serius ditangani," ujar seorang warga, Erny (39) di SPBU Mangli.
Pertamina gerakkan 79 Mobil Tangki hingga alih suplai lintas region

Dalam kondisi darurat itu, Pertamina bergerak cepat. Sejak hari pertama penutupan, tim logistik segera menyusun skenario distribusi baru. Armada tangki dialihkan ke jalur memutar via Bondowoso dan Situbondo, meski jarak lebih panjang hampir dua kali lipat.
Tidak berhenti di situ, pasokan dari Terminal BBM Banyuwangi ditopang oleh suplai tambahan dari Terminal BBM Surabaya, Malang, bahkan Solo. Koordinasi dilakukan lintas wilayah agar stok tidak benar-benar kosong di Jember. Sopir tangki diberi jadwal bergilir ketat, sementara tambahan kendaraan dikerahkan untuk mempercepat putaran pasokan.
Di balik kemudi truk tangki,Mulyono (43) mengelap keringat yang menetes meski udara dingin menusuk. Tangki berisi solar itu harus sampai di SPBU Jember sebelum pagi. Jika terlambat, antrean panjang kendaraan akan kembali mengular, dan warga akan semakin gelisah. “Kalau kami berhenti, orang banyak yang susah,” ujarnya singkat.
Berbagai upaya memang telah dilakukan. Namun, jalan memutar tetap menghadirkan tantangan besar. Sopir tangki harus menempuh perjalanan delapan hingga sembilan jam. Padahal normalnya hanya empat jam. Kondisi jalan alternatif sempit, berliku, dan rawan macet. Beberapa jalur pun sempat terganggu karena perbaikan lain. Namun bagi Pertamina, tidak ada pilihan selain menempuh jalur apa pun agar energi tetap sampai di masyarakat.
"Semula dari Banyuwangi–Gumitir langsung ke Jember. Sekarang harus lewat Banyuwangi–Situbondo–Arak-Arak–Bondowoso–Jember. Waktu tempuh yang biasanya 4 jam (RTH), kini jadi 11 jam," ungkap Area Manager Communication, Relation & CSR Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus, Ahad Rahedi.
Untuk menghindari kemacetan parah di jalur itu, Pertamina melakukan alih suplai dari berbagai terminal. “Kami libatkan Fuel Terminal Surabaya Group, Malang, hingga bantuan lintas region dari Semarang, Boyolali, Rewulu, hingga Maos,” jelasnya. Selain itu, sejak 24 Juli, Pertamina mengerahkan 79 mobil tangki bantuan. "Semua dengan kapasitas maksimal 24 KL sesuai jalur. Intinya, jangan sampai masyarakat kehabisan BBM," tegasnya.
Direktur Rekayasa dan Infrastruktur Darat (RID) Pertamina Patra Niaga, Hari Purnomo menambahkan bahwa dukungan Pemprov Jatim sangat penting. "Kami ucapkan terima kasih pada Ibu Gubernur. Dengan support pemerintah, kami bisa menambah mobil tangki, menambah suplai, bahkan mengatur strategi distribusi lebih fleksibel," ucapnya.
Executive GM Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus,Aji Anom Purwasakti menegaskan suplai kini berangsur normal. "Kemarin kita suplai 1.400 kilo liter. Alhamdulillah stok SPBU terjaga. antrean juga berkurang signifikan. Ini akan kami jaga terus," katanya.
Selain menjaga distribusi, Pertamina juga memberi perhatian pada awak mobil tangki (AMT) dan pengemudi ojek online yang ikut berjibaku dengan situasi darurat ini. Sejumlah paket extra fooding dibagikan sebagai bentuk dukungan moral. Di beberapa SPBU, tim Pertamina bahkan turun langsung memberikan minuman kepada warga yang mengantre berjam-jam. Gestur kecil ini menjadi simbol bahwa di balik perusahaan besar, ada empati yang nyata bagi masyarakat.
Perlahan tapi pasti, skenario distribusi Pertamina mulai menunjukkan hasil. Antrean di SPBU yang semula mengular hingga dua kilometer berangsur terurai. Pada 30 Juli, hanya seminggu setelah penutupan, antrean di SPBU Kaliwates tinggal 15 meter untuk mobil dan 25 meter untuk motor. Warga mulai tertib membeli sesuai kebutuhan. "Segala skenario di lapangan masif kita lakukan, alhamdulillah terlihat antrian berangsur terurai dan SPBU beroperasi maksimal," kata Ahad.
Setelah memasuki pekan kedua Agustus, kondisi pasokan energi di Jember dan sekitarnya berangsur normal. Warga tak lagi berjubel di SPBU. Sopir logistik mulai bisa mengatur ulang jadwal perjalanan, dan kepanikan mereda. Sementara Pertamina tampil bukan sekadar sebagai perusahaan energi, melainkan garda depan yang menjaga denyut kehidupan.
Jalur Gumitir dibuka lebih cepat

Di tengah krisis yang telah tertangani, kabar gembira datang dari Kementerian PUPR. Melalui Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Jatim-Bali, diumumkan bahwa perbaikan Jalur Gumitir rampung lebih cepat. Awalnya ditutup hingga 24 September 2025, kini dibuka kembali pada 4 September 2025 pukul 00.00 WIB, atau 20 hari lebih cepat.
Sopir truk elektronik asal Gresik, Fachrudin (35) turut mencoba jalan lama rasa baru itu. Ia senang sekali. Waktu tempuh kembali normal. Truk yang dikemudikannya bisa berkelok-kelok mengikuti rute yang ada. Termasuk menikmati lagi, tikungan Mbah Singo. Sementara soal BBM, Udin--sapaan karib Fachrudin- tak resah. Tak juga gelisah.
"Jalanan sudah enak dan mulus, stok BBM juga melimpah. Aman sentosa jaya,” ungkap Udin. Ia hanya berpesan kepada semua pengguna jalan agar terus berhati-hati. Tertib berlalu lintas. Dengan menjaga kecepatan, kondisi pengemudi dan keadaan kendaraan. “Semoga semua selamat sampai tujuan, keluarga menunggu di rumah," pesannya penuh arti.