BPBD Jatim Catat 264 Bencana Sepanjang Januari–Oktober 2025

- BPBD Jatim mencatat 264 bencana di Jatim Januari–Oktober 2025, dengan 99 orang meninggal, 141 luka-luka, dan 1 hilang.
- Banjir menjadi bencana paling dominan diikuti angin kencang, tanah longsor, kebakaran hutan dan lahan. Daerah tertinggi Pasuruan (22), Jombang (17), Mojokerto (16), Malang (13).
- Kerusakan rumah terjadi akibat banjir dan angin kencang. BPBD meminta warga melaporkan tanda-tanda cuaca ekstrem melalui call center 112 atau posko BPBD setempat.
Surabaya, IDN Times - BPBD Jawa Timur (Jatim) mencatat sebanyak 264 kejadian bencana terjadi di wilayah Jatim sepanjang periode Januari hingga Oktober 2025. Dari catatan tersebut, 99 orang meninggal dunia, 141 orang mengalami luka-luka, dan 1 orang dinyatakan hilang. Adapun total warga terdampak mencapai 33.174 kepala keluarga (KK) dengan 2.655 rumah rusak akibat bencana.
Kepala Pelaksana BPBD Jawa Timur, Gatot Soebroto, mengatakan bahwa banjir menjadi bencana paling dominan, dengan total 117 kejadian, disusul angin kencang sebanyak 103 kejadian, 14 kejadian tanah longsor, serta sejumlah peristiwa kebakaran hutan dan lahan.
“Mayoritas bencana yang terjadi di Jawa Timur dipengaruhi oleh dinamika cuaca ekstrem, terutama saat memasuki musim hujan. Banjir dan angin kencang masih menjadi ancaman terbesar,” ujar Gatot, Minggu (2/11/2025).
Dari data sebaran, daerah dengan kejadian bencana tertinggi antara lain Kabupaten Pasuruan 22 kejadian, disusul Jombang 17 kejadian, Mojokerto 16 kejadian dan Malang 13 kejadian. Sementara wilayah tapal kuda seperti Lumajang, Jember, dan Probolinggo juga tercatat rentan terhadap banjir dan longsor.
Gatot menjelaskan, kerusakan rumah warga sebagian besar terjadi akibat banjir dan terpaan angin kencang yang merusak atap serta struktur bangunan. Kondisi geografis perbukitan di wilayah selatan dan kawasan ring of fire turut memicu potensi longsor di beberapa titik.
“Kami mengimbau masyarakat meningkatkan kewaspadaan, terutama yang tinggal di dekat bantaran sungai, tepi lereng bukit, dan kawasan rawan angin puting beliung,” tambahnya.
BPBD Jawa Timur bersama kabupaten/kota disebut telah memperkuat sistem peringatan dini (early warning system), termasuk sosialisasi mitigasi di sekolah, desa rawan bencana, hingga pembentukan desa tangguh bencana.
Gatot menegaskan bahwa penanganan bencana tidak hanya fokus pada respons cepat, tetapi juga kesiapsiagaan berkelanjutan. “Bencana adalah tanggung jawab bersama. Pemerintah, masyarakat, dan relawan harus bergerak bersama dalam mitigasi,” tegasnya.
BPBD Jatim meminta warga segera melaporkan setiap peningkatan debit sungai, retakan tanah, atau tanda-tanda cuaca ekstrem melalui call center 112 atau posko BPBD setempat.


















