Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

DNA Keluarga jadi Hambatan Identifikasi Korban Ponpes Al-Khoziny

IMG-20251006-WA0031.jpg
Kabiddokkes Polda Jatim, Kombes Pol M Khusnan Marzuki saat konferensi pers. Dok. Istimewa.
Intinya sih...
  • Proses identifikasi korban ambruknya bangunan musala Ponpes Al-Khoziny di Buduran, Sidoarjo masih berlangsung alot.
  • Kendala teknis dan administratif yang dihadapi tim forensik antara lain belum semua keluarga korban bersedia diambil sampel DNA-nya.
  • Proses pemeriksaan DNA tidak bisa dilakukan terburu-buru, harus memastikan ketelitian agar hasilnya akurat.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Surabaya, IDN Times - Proses identifikasi korban ambruknya bangunan musala Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Khoziny di Buduran, Sidoarjo, masih berlangsung alot. Hingga Selasa (7/10/2025), Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jawa Timur telah menerima 59 kantong jenazah, namun baru 17 korban yang berhasil diidentifikasi.

Di balik lambatnya proses tersebut, ternyata ada sejumlah kendala teknis dan administratif yang dihadapi tim forensik. Kabiddokkes Polda Jatim Kombes Pol M. Khusnan Marzuki menjelaskan, salah satu hambatan utama dalam proses identifikasi ialah belum semua keluarga korban bersedia diambil sampel DNA-nya. Padahal, sampel dari pihak keluarga sangat dibutuhkan sebagai pembanding dengan DNA korban.

"Kita ambil sampel setelah jenazah bergeser ke RS Bhayangkara. Tapi supaya cepat, kita maksimalkan pengambilan sampel dari keluarga lebih dulu,” ujar Khusnan.

Menurutnya, langkah itu dilakukan agar proses pengujian DNA di Laboratorium Forensik Mabes Polri bisa segera dilakukan tanpa harus menunggu. “Kita jemput bola, keluarga dulu kita ambil. Jadi bukan terlambat, tapi kita menunggu pembanding. Dua-duanya langsung kita kirim ke Jakarta,” jelasnya.

Proses pemeriksaan DNA, lanjut Khusnan, tidak bisa dilakukan terburu-buru. Tim DVI harus memastikan ketelitian di setiap tahap agar hasilnya akurat.

"Jadi bukan menunda, kami justru bekerja secepat mungkin yang bisa kami lakukan. Tapi tetap harus hati-hati, seteliti mungkin, dan seaman mungkin,” tegas perwira dengan tiga melati emas di pundaknya.

Ia menambahkan, setiap potongan tubuh yang tiba di RS Bhayangkara langsung diambil sampel DNA-nya, lalu dikirim bersamaan dengan sampel keluarga ke Jakarta untuk dicocokkan di laboratorium pusat.

Khusnan juga membeberkan kendala lain yang membuat identifikasi korban semakin sulit, yakni banyaknya korban yang masih anak-anak. “Untuk anak-anak yang belum punya KTP, sidik jarinya belum terdaftar di sistem nasional. Jadi meskipun NIK-nya ada, tidak bisa dipakai untuk identifikasi,” paparnya.

Data NIK baru bisa difungsikan setelah identitas korban ditemukan dan diserahkan ke pihak keluarga. “Nanti kalau sudah teridentifikasi dan diserahkan, baru bisa dipakai untuk pengurusan surat kematian dan administrasi kependudukan,” imbuhnya.

Khusnan menegaskan bahwa tidak ada penundaan dalam proses identifikasi. Seluruh anggota Tim DVI bekerja siang malam untuk mempercepat pencocokan data. "Jadi kami tegaskan, tidak ada penundaan sedikit pun. Kami bekerja 24 jam, secepat mungkin dan seteliti mungkin,” katanya menegaskan.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Zumrotul Abidin
EditorZumrotul Abidin
Follow Us

Latest News Jawa Timur

See More

Evakuasi Reruntuhan Ponpes Al Khoziny Tuntas, Korban Meninggal 66 Orang

07 Okt 2025, 10:57 WIBNews