Dapur MBG di Madiun Ini Diduga Buang Limbah ke Sawah Warga

- Tidak pernah ada pemberitahuan dari pihak pengelola SPPG maupun pemerintah desa mengenai arah pembuangan limbah. Hal itu membuat warga bingung ketika bau dan perubahan warna air sawah mulai muncul.
- Slamet, pemilik SPPG setempat, membantah tudingan bahwa limbah dapur MBG dibuang langsung ke sawah warga.
- SPPG siap perbaiki saluran bila ditemukan masalah
Madiun, IDN Times – Sejumlah petani di Dukuh Karanganyar, Desa Sumberejo, Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun, mengeluhkan dugaan pencemaran limbah yang mengalir ke lahan pertanian mereka. Limbah yang diduga berasal dari dapur pengolahan Menu Bergizi Gratis (MBG) itu disebut menimbulkan bau menyengat dan mengganggu aktivitas para petani.
Putut Wagimitoyo, salah satu pemilik sawah, mengatakan kondisi ini baru muncul setelah dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) mulai beroperasi. Air limbah diduga mengandung sisa-sisa proses memasak, seperti minyak, sabun, dan bekas cucian perlengkapan masak. “Airnya masuk ke sawah, baunya kuat. Kalau dibiarkan, ke depan sawah pasti tidak bisa diolah. Limbahnya itu limbah MBG, campuran sabun, minyak, dan lain-lain. Endapannya makin lama makin banyak,” ujar Putut, Senin (8/12/2025).
1. Warga mengaku tidak pernah dapat sosialisasi

Putut mengungkapkan tidak pernah ada pemberitahuan dari pihak pengelola SPPG maupun pemerintah desa mengenai arah pembuangan limbah. Hal itu membuat warga bingung ketika bau dan perubahan warna air sawah mulai muncul. “Tidak ada konfirmasi sama sekali. Dari pengelola juga tidak pernah menyampaikan apa-apa,” tegasnya.
Ia menambahkan, limbah tersebut tidak masuk ke saluran irigasi, tetapi ke tanah resapan yang akhirnya mengalir ke lahan pertanian warga. Selain mengganggu kualitas tanah, beberapa petani juga disebut mengalami gatal-gatal saat berada di area sawah.
2. Pengelola SPPG bantah limbah dibuang ke sawah

Slamet, pemilik SPPG setempat, membantah tudingan bahwa limbah dapur MBG dibuang langsung ke sawah warga. Menurutnya, pembuangan limbah dilakukan melalui sistem resapan khusus. “Kalau limbah itu dibuang di resapan. Kalau sampai ke sana, mungkin ada beberapa hal karena rumah tangga kan beda-beda. Parit bagian barat memang ada, tapi saya tidak tahu soal yang di luar itu,” jelas Slamet.
Ketika dimintai klarifikasi apakah benar paralon dapur langsung menuju area pertanian, Slamet tidak memberikan jawaban tegas. “Saya tidak berani mengatakan benar atau tidak. Tapi setahu saya itu masuk ke parit,” katanya.
3. SPPG siap perbaiki saluran bila ditemukan masalah

Slamet menegaskan pihaknya siap menerima masukan dan memperbaiki saluran pembuangan jika memang ditemukan kesalahan teknis. “Kalau ada saran supaya diturunkan atau diarahkan ke saluran lain, saya ikuti sesuai peraturan,” ujarnya.
SPPG tersebut diketahui memproduksi sekitar 2.800 porsi makanan bergizi setiap hari, sehingga aktivitas dapur cukup padat dan potensi limbah cair yang dihasilkan juga besar.


















