Gunung Ijen Terbakar, Pohon Ini Malah Lebih Subur

Api bisa membantu proses pemecahan bijinya

Banyuwangi, IDN Times - Peristiwa Kebakaran yang terjadi di pegunungan Ijen, Kabupaten Banyuwangi, tentu lebih banyak kerugian yang tidak terhingga jika dikalkulasi secara besaran rupiah. Namun masih ada sisi keuntungan yang bisa didapat dan menjadi pesan aman buat salah satu tumbuhan endemis Cemara Gunung (Casuarina Equisetifolia) di Kawah Ijen. Peristiwa kebakaran, justru membuat pohon Cemara Gunung tidak mati, namun bisa membantu sebaran benih untuk berkembang biak.

 

1. Membantu proses pemecahan biji Cemara Gunung

Gunung Ijen Terbakar, Pohon Ini Malah Lebih SuburIDN Times/Mohamad Ulil Albab

 

Kepala Resort Taman Wisata Alam (TWA) Kawah Ijen, Sigit Haribowo menjelaskan, pohon Cemara Gunung yang menjadi tanaman endemis di sana, memiliki sifat yang harus terbakar ketika sudah besar untuk membantu pemecahan biji. Pemecahan biji dari buah pohon Cemara Gunung akan membantu proses sebaran bibit untuk tumbuh.

"Siklus kebakaran memang dibutuhkan Cemara Gunung sifatnya harus terbakar agar bisa memecah biji, agar bisa ada cemara baru. Jadi ini juga menguntungkan Cemara Gunung, bisa tumbuh lagi sebagai tanaman endemik di Kawah Ijen," ujar Sigit saat ditemui di kawasan Paltudi Kawah Ijen, Selasa (22/10).

2. Tidak mati karena terbakar

Gunung Ijen Terbakar, Pohon Ini Malah Lebih SuburIDN Times/Mohamad Ulil Albab

 

Dia melanjutkan, pohon Cemara Gunung tidak akan mati hanya karena terbakar, meskipun bagian kulitnya juga hangus terbakar. Namun dengan catatan, usia pohon Cemara Gunung sudah besar dan tidak roboh atau tumbang karena angin.

"Cemara Gunung terbakar kulitnya tidak akan mati, dia bisa jadi baru lagi. Rusaknya karena banyak yang tumbang karena angin kencang," ujarnya.

3. Jadi pohon endemis dengan jumlah 25 persen

Gunung Ijen Terbakar, Pohon Ini Malah Lebih SuburIDN Times/Mohamad Ulil Albab

 

Saat ini, jumlah populasi pohon Cemara Gunung di TWA Kawah Ijen mencapai 25 persen dari total luas lahan seluas 2.600 hektar.

"Cemara Gunung sampai 25 persen, yang banyak itu di sini jenis alang-alang," ujarnya.

Sejauh ini, belum ada hitungan berapa jumlah kerugian akibat kebakaran hutan yang terus terjadi di Pagunungan Ijen. Bila dikonversikan secara materi, kata Sigit, kerugian tidak terhingga karena Pegunungan Ijen merupakan salah satu penyumbang oksigen terbesar di Banyuwangi.

"Hilangnya habitat, penyumbang oksigen termasuk paling besar di Banyuwangi, dan kerugian tidak terhingga karena kebutuhan untuk nafas," jelasnya.

Baca Juga: Ijen Kebakaran, Burung hingga Macan Kumbang Turun Gunung

4. Bagian cagar alam, pemulihan secara alami

Gunung Ijen Terbakar, Pohon Ini Malah Lebih SuburIDN TImes/Mohamad Ulil Albab

 

Selain itu, hilangnya habitat akibat kebakaran juga menyebabkan satwa liar di TWA Gunung Ijen juga bergeser ke lokasi yang lebih aman. Dia memperkirakan, proses pemulihan kawasan hutan cagar alam di pegunungan Ijen membutuhkan waktu yang cukup lama, mengingat prediksi turun hujan baru akan terjadi pada Bulan November mendatang.

"Karena cagar alam tidak bisa dilakukan oleh manusia, maka alam sendiri yang akan memperbaharuai sampai menunggu waktu hujan," ujarnya.

Kebakaran di wilayah TWA Kawah Ijen sendiri saat ini diperkirakan mencapai 500 hektar. Jumlah tersebut belum termasuk luasan kebakaran yang terjadi di Gunung Ranti, dan Merapi Ungup-ungup. Sementara penyebab kebakaran diduga bermula dari aktivitas pengelolaan lahan oleh masyarakat di kawasan Perhutani Kabupaten Bondowoso hingga merambat ke kawasan pegunungan Ijen.

"Kebakaran bermula karena ada rambatan yang ada di pesanggem Perhutani, kita sudah berupaya antisipasi agar tidak melebar," jelasnya.

Baca Juga: Ijen Kebakaran, Burung hingga Macan Kumbang Turun Gunung

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya