TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Airlangga Pribadi: Pemuda Itu Inisiator Bangsa, Tapi Gak Dikasih Ruang

Masa depan bangsa di tangan para pemuda

Dok. IDN Times/Istimewa

Surabaya, IDN Times - Airlangga Pribadi dikenal sebagai pengamat politik dari Universitas Airlangga Surabaya (Unair). Pria kelahiran Jombang 23 November 1976 ini lulus dari jurusan ilmu politik Universitas Airlangga pada 2002.. Butuh waktu sampai enam tahun bagi Airlangga untuk  mendapatkan gelar sarjananya.  

"Hidup saya banyak habis di jalan ya haha, karena waktu itu ada 1998. Jadi saya masuk Unair 1996 lulusnya 2002," kata Airlangga kepada IDN Times. Selang satu tahun, ia melanjutkan studi masternya di Universitas Indonesia dan lulus pada 2006. "Setelah itu saya kembali ke Unair sebagai dosen,". 

Di tengah kesibukannya menjadi pengamat politik dan kolumnis di beberapa media, Airlangga berhasil menuntaskan studi doktoralnya di Murdoch University Australia. Kini, ia bersama rekan-rekannya aktif di The Initiative Institute untuk memberikan edukasi politik dan menjadi forum untuk meningkatkan budaya literasi politik di Surabaya.  

Sebagai pengamat politik, Airlangga memiliki beberapa catatan mengenai keterlibatan milenial dalam dunia politik di Indonesia pasca reformasi. Apa saja sih? 
 

1. Pemuda adalah inisiator bangsa

cengage.com

Runtuhnya Orde Baru yang telah berkuasa selama 32 tahun tidak lepas dari peran pemuda. Lebih dari itu, Airlangga mengatakan, tanpa hadirnya pemuda Indonesia tidak mungkin merdeka. Sosok muda Soekarno dan Mohammad Hatta  yang memberi gambaran bahwa pemuda adalah mereka yang memiliki semangat perubahan.  

"Pemuda itu inisiator bangsa. Penting supaya mereka terlibat politik karena mereka adalah penentu masa depan. Tapi, antusiasme mereka hari ini sangat minim. Kenapa? Tidak sepenuhnya salah mereka juga. Pemuda juga mungkin jengah dengan politik oligarki, politik dinasti, korupsi, sehingga politik tidak menjadi ruang yang baik dan memuaskan bagi mereka," terangnya.  

Baca Juga: Andi Sudirman Sulaiman: Reformasi Birokrasi Butuh Peran Millennials

2. Pemuda masih dipandang sebatas kepentingan elektoral

Dok. IDN Times/Istimewa


Hari ini, kesalahan elit politik adalah sekedar menjadikan pemuda sebagai kepentingan elektoral. Mereka hanya didekati ketika momentum Pileg dan Pilpres. Masing-masing mengaku yang paling muda dan dekat dengan generasi milenial.  

Menurut Airlangga, pemuda harus dipandang lebih dari penghasil suara elektoral. "Kita harus membaca keterlibatan politik dengan kaum milenial secara interaktif. Partai politik misalnya, harus menjadi sarana yang baik bagi pemuda untuk menyampaikan aspirasi. Itu penting karena mereka adalah masa depan negeri ini."

Baca Juga: 5 Hal Mengenai Tsamara Amany, Politisi Muda Panutan Kaum Millennials

Berita Terkini Lainnya