TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Sering Terdampak Gempa, Warga Pacitan Was-was

Warga saling waspada

Ilustrasi gempa bumi

Pacitan, IDN Times - Warga Kabupaten Pacitan kerapkali merasakan getaran akibat gempa bumi. Sebab, daerah setempat berada di pesisir Samudera Hindia yang berdekatan dengan lempeng Indo-Australia. Lempeng tektonik itu sering bergerak. Kemudian, batuan di dalamnya tertekan hingga mengakibatkan gempa. 

Warga Pacitan sering was-was etika gempa terjadi. Bisa saja, fenomena alam itu berpotensi tsunami. Selain itu, kekhawatiran tertimpa bangunan yang berpotensi roboh.

1. Mengkhawatirkan kondisi keluarga yang sudah sepuh

Ilustrasi Seismogram (IDN Times/Arief Rahmat)

Syaifudin, salah seorang warga Desa Widoro, Kecamatan/Kabupaten Pacitan mengatakan bahwa kekhawatirannya lebih tertuju pada ibunya yang sudah sepuh. Kondisi kesehatannya juga sudah menurun. 

"Untuk berjalan saja susah. Makanya, setiap ada gempa saya selalu kepikiran si mbok (ibu)," ujar dia saat dihubungi IDN Times, Selasa (14/6/2022).

2. Sarankan berlindung di bawah tempat tidur

Ilustrasi gempa (IDN Times/Sukma Shakti)

Kekhawatiran itu karena Syaifudin tidak lagi tinggal serumah dengan orang tuanya. Syaifudin bersama istri dan anaknya tinggal di Desa Widoro, Desa/Kecamatan Pacitan. Sementara, orang tuanya tinggal di Desa Semanten, Desa/Kecamatan Pacitan.

Maka, pria yang bekerja sebagai aparatur sipil negara lingkup Pemkab Pacitan itu sering menjenguk orang tuanya. Terlebih setelah gempa terjadi.

"Sebenarnya saya sudah minta si mbok untuk tenang dan berlindung di bawah tempat tidur jika terjadi gempa. Tapi, namanya anak tetap khawatir, apalagi si mbok sudah sepuh dan bangunan rumah belum ada 'tulang' besinya," ungkap dia.

 

3. Orangtua lebih cepat panik

Ilustrasi pengamatan gempa (ANTARA FOTO/Fikri Yusuf)

Berlindung di bawah tempat tidur, Syaifudin menuturkan, merupakan bagian dari mitigasi bencana gempa bumi. Apabila bangunan rumah roboh, maka tubuh masih dapat terlindungi. Teknis itu merupakan bagian dari simulasi yang pernah diikutinya.

"Warga juga sering memukul kentongan sebagai tanda terjadi gempa. Diharapkan warga yang lain lebih waspada," ucapnya

Selain itu, informasi tentang penanganan dini menghadapi gempa yang sering disampaikan oleh kader Desa Tanggap Bencana. Namun, Syaifudin mengungkapkan bahwa orangtua sulit melaksanakan ketika gempa benar - benar terjadi. "Mungkin karena panik," ujar dia.

Berita Terkini Lainnya