TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Isu Reog Diklaim Malaysia, Begini Respons Perajin di Ponorogo 

Desak pemerintah segera bersikap

Reog Ponorogo sudah dikenal hingga mancanegara (sumber: asiatoday.id)

Ponorogo, IDN Times - Pemerintah terus didesak untuk segera mengusulkan reog Ponorogo sebagai warisan budaya tak benda (intangible cultural heritage) ke UNESCO. Hal ini tak lepas dari kabar yang berembus bahwa reog sudah dikalim oleh Malaysia.

Widi Wardoyo, salah satu perajin reog di Ponorogo menilai jika reog benar-benar diakui Malaysia maka akan menghilangkan jati diri kesenian Indonesia.   "Berpacu dengan waktu karena Malaysia sudah mengklaim, maka pihak pemerintah (Indonesia) harus segara bertindak," kata pemilik gerai di bilangan Jalan Letjen Suprapto, Sukowati, Ponorogo ini, Selasa (12/4/2022).

1.Khawatir reog ditinggalkan peminat seni

ilustrasi Jathil, salah satu penari Reog Ponorogo (goodminds.id)

Apabila dibiarkan, Widi menuturkan, perhatian warga terhadap kesenian reog semakin berkurang. Lantas, peminatnya akan menurun dan berdampak pada perekonomian seniman dan pelaku usaha yang berkaitan dengan seni tersebut.

"Kalau seperti ini terus, kesenian reog akan ditinggalkan. Orang-orang yang tadinya suka jadi tidak suka," ujar Widi saat dihubungi IDN Times.

Baca Juga: Setiap Desa di Ponorogo Wajib Kirab Reog Sebulan Sekali  

2. Omzet penjualan reog dan pernak-perniknya turun drastis

jatim.antaranews.com

Kekhawatiran dia bukan tanpa alasan. Sejak pandemi COVID-19 berlangsung, misalnya, omzet penjualan reog, gamelan, besera pernak-perniknya menurun drastis. Sebelum pagebluk melanda, omzet yang dikantonginya bisa mencapai Rp 100 juta per bulan.

"Sejak dua tahun terakhir omzet kami turun 70 persen. Sekarang yang laku paling banyak souvenir dan pakaian khas Ponorogo," kata dia.

Baca Juga: Terkendala Bulu Merak, Reog Ponorogo Belum Diakui UNESCO

Berita Terkini Lainnya