TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Peneliti Ecoton: Air Sungai Bedadung Jember Kandung Fosfat Tak Wajar

Sebagian besar kantong plastik

Peneliti Ecoton lakukan uji kelayakan air di sungai Bedadung Jember. IDN Times/Istimewa

Jember, IDN Times - Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton) bersama Mahasiswa Universitas Jember melakukan penelitian kelayakan air sungai Bedadung, yang mengalir di kawasan perkotaan Kabupaten Jember. Dari hasil uji sampel air, diketahui kadar fosfat air sungai Bedadung mencapai 0,4 ppm. Sementara standar kualitas air sungai di Indonesia, harusnya tidak boleh lebih dari 0,2 ppm.

"Tidak hanya fosfat yang melebihi baku mutu tetapi ada paramater lainnya yaitu Nitrat, Khlorin, serta banyaknya timbulan sampah ," ujar peneliti Ecoton, Eka Chlara Budiarti usai melakukan uji kelayakan di sungai Bedadung, Rabu sore (5/1/2022).

1. Mereka juga melakukan audit brand sampah di sungai

Peneliti Ecoton lakukan uji kelayakan air di sungai Bedadung Jember. IDN Times/Istimewa

Tidak hanya meneliti kadar kimia dalam air, para peneiliti juga melakukan brand audit sampah Bedadung bersama E-Healthy (environmental health community), sebuah komunitas pencinta lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember.

"Kali Bedadung sama dengan sungai-sungai Di Pulau Jawa selalu dipenuhi sampah, terutama sampah plastik. 80 persen sampah yang terapung di Bedadung adalah jenis sampah tas kresek tak bermerk. Sedangkan untuk sampah sachet jenis yang paling banyak dijumpai adalah bungkus makanan dan minuman," ujar Eka.

Baca Juga: Ecoton Sebut Ikan, Udang, dan Kerang Terkontaminasi Mikroplastik

2. Ada lima brand yang mendominasi sampah di sungai Bedadung

Peneliti Ecoton lakukan uji kelayakan air di sungai Bedadung Jember. IDN Times/Istimewa

Dari hasil audit, mayoritas sampah yang ditemukan di sungai Bedadung yakni dari produk perusahaan 29 persen Wings, 16 persen Unilever, 12 persen Indofood, 10 persen Garudafood dan 10 persen Kapal Api. 

"Kemudian campuran 24 persen Kao, Siantar Top, Unicharm, Softex indonesia, Teh Kotak, Ajinomoto, dan Sasa," jelasnya.

Sementara itu, Ketua E-Healthy, Achmad Ababil mengatakan, lima brand sampah plastik itu juga banyak yang tersangkut pada pohon dan rumpun bambu. "Lambat laun akan mengalami fragmentasi terpecah menjadi serpihan kecil yang disebut mikroplastik."

Baca Juga: Catatan Mikroplastik 2021, Sudah Cemari Rantai Makanan Manusia

Berita Terkini Lainnya