TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Musim Angin Barat, Nelayan Muncar Pilih Perbaiki Perahu dan Jala

Nelayan juga istirahat saat hari Jumat

Nelayan Muncar menarik jaring yang telah diperbaiki ke atas perahu. IDN Times/Mohamad Ulil Albab

Banyuwangi, IDN Times - Januari hingga Maret, bagi nelayan Muncar, Kabupaten Banyuwangi merupakan masa-masa sulit mencari ikan. Hembusan angin barat, menjadi penanda sulitnya mencari ikan di bulan-bulan tersebut.

 

1. Sepi ikan, waktu tepat untuk perbaiki perahu

Nelayan Muncar sedang memanaskan kayu agar bisa melengkung yang digunakan untuk memperbaiki perahu. IDN Times/Mohamad Ulil Albab

Sebagian besar nelayan masih tetap melaut, namun bagi yang minim modal perlu perhitungan matang. Sebagian besar juga menjadikan waktu yang tepat untuk memarkir perahunya di pelabuhan untuk memperbaiki bagian yang rusak.

"Ya ini bulan yang pas buat memperbaiki bagian perahu yang rusak. Karena bulan Januari sampai Maret ini sepi ikan," kata Sunari salah satu nelayan yang tampak sibuk memperbaiki perahu, Kamis (20/2).

Sunari bukanlah nelayan pemilik perahu besar di atas 30 GT. Dia hanya satu pekerja dari sekitar 50 nelayan lain di pemilik perahu. Sementara di Pelabuhan Muncar, terdapat ratusan perahu kayu, dari yang kecil hingga besar.

Perahu milik juragannya, kata Sunari bisa menampung ikan hingga 50 ton. Selama dua bulan terakhir sedang diperbaiki bagian kayu di perahu yang rusak.

"Proses perbaikannya butuh waktu 1 sampai 2 bulan. Bulan-bulan sepi ikan seperti ini jadi waktu yang tepat. Kalau perbaikinya di bulan April ke atas ya sayang, karena ikan sudah banyak," ujarnya.

2. Harus pintar siasati kondisi selama musim angin barat

Nelayan Muncar sedang memanaskan kayu agar bisa melengkung yang digunakan untuk memperbaiki perahu. IDN Times/Mohamad Ulil Albab

Saat ini, kata Sunari, banyak ikan yang tidak muncul ke permukaan di saat angin berhembus ke barat. Untuk menyiasati, nelayan harus banyak menyalakan lampu yang diarahkan ke laut agar ikan mau terpancing mendekat ke permukaan.

"Kami menyebutnya oboran saat musim angin barat seperti ini. Kalau malam banyak lampu yang dinyalakan saat di laut. Nanti ikan biasanya kembali ramai kalau angin sudah berhembus ke timur," katanya.

3. Biaya perbaikan bisa tembus ratusan juta

Nelayan memindahkan jala yang sudah diperbaiki ke perahu. IDN Times/Mohamad Ulil Albab

 

Saat ditemui, Sanuri sedang menekuk kayu dengan cara dipanasi menggunakan bara api. Biaya perbaikan tersebut bisa memakan biaya puluhan hingga ratusan juta. Perbaikan tersebut dilakukan antara 5- 10 tahun sekali, tergantung perawatan yang diberikan.

"Biayanya bisa ratusan juta. Kayu satu lonjor saja ini tidak boleh Rp 1 juta. Ini didatangkan dari Kalimantan," katanya.

Sementara harga perahu sendiri bisa mencapai Rp 1 milliar. Apalagi bila perahu dinilai sudah sering melacarkan rezeki selama digunakan.

"Kalau namanya rejeki kan tidak bisa dicontoh. Alhamdulillah Perahu selerek yang ini sering mujur selama dipakai cari ikan. Ini kalau Rp 1 miliar tidak dikasihkan," katanya.

Baca Juga: Dikunjungi KKP, Nelayan Banyuwangi Keluhkan Benur hingga Tambang

Berita Terkini Lainnya