Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Banyuwangi, IDN Times - Memasuki musim penghujan, pengunjung yang melakukan pendakian ke Taman Wisata Alam (TWA) Kawah Ijen, Jawa Timur diimbau untuk waspada terhadap gas beracun. Gas tersebut kembali menguat di kawasan blue fire atau bibir kawah tempat penambangan belerang sejak Senin (13/1).
1. Menyiapkan petugas di pintu masuk dan puncak
Seorang penambang tampak memikul hasil belerang dari Kawah Ijen. IDN Times/Mohamad Ulil Albab Kepala Pos Taman Wisata Alam Kawah Ijen, Sigit Haribowo mengatakan, pihaknya telah menyiapkan petugas di pintu masuk dan di puncak pendakian Kawah Ijen untuk mengimbau kepada pengunjung agar tidak mendekati Kawah Ijen.
"Sejak dua hari ini laporan dari beberapa pengunjug dan guide mereka tidak melakukan turun sampai ke dasar (kawah). Kita juga sudah melakukan himbauan dari pintu masuk, dan juga ada petugas di atas untuk tidak mengizinkan turun ke bawah kepada pengunjung yang memaksa,” kata Sigit, saat dihubungi Kamis (16/1).
2. Pengelola dapat laporan dari PVMBG
Pemeriksaan perlengkapan para pendaki sebelum masuk Ijen. IDN Times/Mohamad Ulil Albab Imbauan kepada pengunjung diberikan setelah mendapatkan informasi dari PVMBG pada pukul 00.00 WIB tanggal 13 Januari, telah terjadi peningkatan gas beracun di Kawah Ijen.
"Mulai tanggal 13 Januari, tanggal 13 jam 12 malam, itu informasi dari PVMBG dengan dikuatkan teman-teman yang berada di lapangan, yang saat itu tugas di atas," kata Sigit.
Baca Juga: [FOTO] Dua Pekan Ditutup karena Karhutla, Pesona Ijen Tak Pernah Pudar
3. Gas beracun sulit terurai jika minim sinar matahari
Para wisatawan berjalan menyusuri jalur pendakian menuju Kawah Ijen. IDN Times/Mohamad Ulil Albab Gas beracun jenis hydrogen sulfide (H2S), Carbon Monoksida (CO) tersebut bersifat tidak berwarna dan tidak berbau, namun membuat orang yang menghirup bisa langsung pingsan. Gas tersebut kata Sigit muncul karena Kawah Ijen merupakan gunung aktif, dan terjadi ketika berkurangnya sinar matahari selama musim hujan.
“Karena musim hujan yang kapan hari cukup deras berimbas seperti itu. Kejadiannya identik dengan intensitas hujan yang tinggi," jelasnya.
Gas beracun tersebut akan terurai dan cepat menguap bila sudah terkena paparan sinar matahari.
"Kalau intensitas hujan tinggi disertai dengan penyinaran cahaya matahari maksimal mungkin tidak terjadi seperti itu. Kapan hari kan hujannya terus menerus turun dan sedikit sekali terkena sinar matahari, sehingga proses penguapannya bekurang," jelasnya.
Baca Juga: Libur Natal, Ridwan Kamil Berlibur ke Kawah Ijen