TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Thrifting: Baju Bekas yang Naik Kelas dan Cuan Jutaan Rupiah

Omzet bulanannya mencapai Rp60 juta

Salah satu pengunjung event thirft di Jatim Expo Surabaya, Jumat (3/4/2022). (IDN Times/Khusnul Hasana)

Surabaya, IDN Times - Tren thrifting alias berburu baju bekas kini tengah menjamur di beberapa kota besar seperti Kota Surabaya. Baju bekas layak pakai yang dulu identik dengan kaum menengah ke bawah, kini mendadak digandrungi anak muda. Celah ini pun ditangkap oleh para pedagang.

Baju-baju yang kebanyakan didatangkan dari luar negeri itu mereka jual dengan kemasan yang lebih kekinian. Bukan di tepi jalan, baju bekas kini naik kelas dan dipajang di factory outlet atau bahkan event-event dengan pasar kaum hypebeast. 

1. Peminat baju thirft semakin banyak

Suasana event thirft di Jatim Expo Surabaya. (IDN Times/Khusnul Hasana)

Salah satu pelaku bisnis baju bekas ini adalah Nur Satrio Prabu. Pria yang akrab disapa Tio itu mengatakan mengaku awalnya memilih bisnis thirft karena ia memang gemar membeli barang bekas. Awalnya, barang-barang itu ia gunakan sendiri.

"Ketika ada yang jual barang bekas saya beli, dulu untuk konsumsi pribadi, jadi untuk saya sendiri, ketika bosen dan gak jamannya kita jual, lebih hemat aja," tutur Tio, Jumat (3/6/2022).

Pasarnya kian besar seiring dengan penggemar tren ini yang semakin banyak. Bahkan, bukan hanya anak muda saja, orangtua juga mulai menggemari baju baju bekas layak pakai.

"Ketika ada anak muda datang, dia selalu ngajak orangtuanya, yang dulunya segmennya anak muda saja, kini banyak orang tua yang tau dari anaknya," ujar Tio yang juga ketua Jatim Thrift Shop ini.

Baca Juga: 10 Artis yang Hobi Thrifting, Suka Baju Bekas tapi Berkelas!

2. Mudah ditemui, bisnis thirft beromzet puluhan juta rupiah

Suasana event thirft di Jatim Expo Surabaya. (IDN Times/Khusnul Hasana)

Saat ini, kata Tio, baju thrift lebih mudah ditemui. Selain ada sejumlah event khusus, tren ini semakin menjamur karena pedagang baju-baju ini juga memiliki stand di beberapa pusat perbelanjaan di Surabaya.

"Di pasar Tugu Pahlawan pagi dan Gembong masih eksis. Tapi sudah masuk era modern, The Next Thirfting lah. Dulu dianggap sampah sekarang sudah jadi lifestyle," kata Tio.

Tio sendiri, menjual berbagai macam barang thirft, mulai dari baju wanita dan pria, celana hingga tas. Tio memasarkan produknya melalui online dan offline.

"Online lewat media sosial, kalau offline saya ada toko dan ikut event. Sebulan omzetnya Rp60 juta," sebutnya.

Apa yang dikatakan Tio juga diamini oleh seorang pembeli bernama Ade (24). Ia mengaku tengah mencari-cari baju thirft di event thirft yang berada di Jatim Expo Surabaya. Alasannya sederhana karena baju thirft lebih murah dan terjangkau.

"Memang senang sih baju thirft, kita bisa dapat baju thirft, harganya murah," ujar Ade.

Baca Juga: Pemuda di Rangkasbitung Manfaatkan Thrifting untuk Investasi

Berita Terkini Lainnya