Khofifah Klaim Jatim Sudah Kuning, Epidemiolog: Kuning-Kuning Delima?
Luarnya kuning tapi ternyata dalamnya merah
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Surabaya, IDN Times - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengklaim bahwa sudah tidak ada zona oranye di Jatim. Pernyataan ia lontarkan menanggapi larangan ibadah massal saat Ramadan di zona oranye dan merah yang dikeluarkan oleh Kementerian Agama.
Khofifah sendiri mendasarkan pernyataannya pada zonasi PPKM Mikro. Berdasarkan data tersebut, Jatim memang sudah bebas dari zona oranye dan merah. Sementara, jika merujuk pada data zonasi Satgas COVID-19 Pusat, masih ada 28 zona oranye di Jatim. Menanggapi perbedaan persepsi ini, Epidemiolog Universitas Airlangga (Unair) mengingatkan bahayanya terlena dengan zonasi semu.
Baca Juga: [BREAKING] Menag: Tak Boleh Ada Kegiatan Ibadah Massal di Zona Merah dan Oranye
1. Salah zonasi bisa bahaya untuk penentuan kebijakan
Epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Unair, Dr Windhu Purnomo menjelaskan bahwa data zonasi dari Satgas berfungsi untuk menentukan kebijakan pencegahan penularan COVID-19. Semakin tinggi risikonya, maka kebijakan yang harus diterapkan lebih ketat. Windu pun menilai seharusnya Pemprov mengacu pada data zonasi yang dikeluarkan oleh Satgas Pusat.
"Kalau bicara zonasi kan yang resmi tentu yang dari Satgas Pusat dengan menggunakan 14 indikator untuk kabupaten/kota lalu diupdate seminggu sekali. Itu kan yang digunakan sejak dulu hingga saat ini. Itu yang dijadikan patokan, itu yang resmi," ujar Windhu, Selasa (13/4/2021).
Baca Juga: Larangan Ibadah Massal dari Menag, Khofifah: Jatim Tak Ada Zona Oranye