TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Jumlah Kasus Demam Berdarah Tertinggi, Dua Camat 'Dihukum' Risma

Waspada demam berdarah

Dok. IDN Times/Istimewa

Surabaya, IDN Times - Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Jawa Timur menempati posisi kelima terbanyak di Indonesia. Menanggapi hal itu, Pemerintah Kota Surbaya melaksanakan Gebyar Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yang dipimpin langsung oleh Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, di Lapangan Thor, Surabaya, pada Jumat (1/2).

Baca Juga: Delapan Orang Meninggal, Sulsel Waspada Demam Berdarah

1. Diikuti berbagai macam pihak

Dok. IDN Times/Istimewa

Apel tersebut diikuti oleh Ibu Pemantau Jentik (Bumantik), Rumantik (Guru Pemantau Jentik), Wamantik (Siswa Pemantau Jentik), LPMK (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan), dan pihak kecamatan.

Dalam kesempatan tersebut, Risma menyampaikan tingkat DBD di Surabaya tidak setinggi daerah lain. Akan tetapi, pencegahan harus selalu digencarkan.

"Di sini sudah ada penurunan dan saya yakin ini masih bisa ditekan kembali. Makanya, saya mohon dengan hormat untuk selalu menghindarkan keluarga dan tetangga dari DBD. Saya tidak ingin ada korban lagi di Surabaya," tuturnya.

2. Dua camat 'dihukum' karena angka kasus tertinggi

Dok. IDN Times/Istimewa

Risma juga sempat 'menghukum' dua orang camat yang memiliki tingkat kasus DBD tertinggi yaitu Kecamatan Tandes dan Wonokromo. Camat Tandes, Dodot Wahluyo, dan Camat Wonokromo, Tomi Ardiyanto, pun diajak ke panggung menemani Risma hingga apel selesai.

"Dua kecamatan ini yang tertinggi jumlah kasusnya. Jadi, ayo terus bergerak. Buktikan kalau kita bisa memberantas DBD," tegas Risma.

3. Mengajak pasang rambu agar nyamuk tidak masuk Surabaya

Dok. IDN Times/Istimewa

Uniknya, dalam upaya pemberantasan nyamuk Aedes Aegypti, Risma mengajak untuk memasang 'rambu-rambu' agar nyamuk tersebut tidak masuk ke Surabaya.

"Ayo kami kasih 'rambu-rambu' ke nyamuk-nyamuk itu, dilarang masuk Surabaya. Bayangkan kalau itu kepala keluarga dan sampai kejadian meninggal dunia. Maka anak-anaknya akan jadi anak yatim dan kemungkinan kalau ibunya tidak bisa membiayai sekolah, akan putus sekolah," ajaknya.

Baca Juga: Anies Imbau Warga DKI Ikut Tanggulangi Wabah Demam Berdarah

Berita Terkini Lainnya