TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Imlek di Tambak Bayan Surabaya, Sarana Promosi Toleransi

Tiap tahun Imlek selalu meriah di sana

Suasana penampilan saat perayaan Imlek di Kampung Tambak Bayan, Sabtu (25/1). IDN Times/Fitria Madia

Surabaya, IDN Times - Nurul tergopoh-gopoh sambil membawa seorang bayi di dekapannya. Sementara satu tangan yang lain menggandeng anak laki-laki. "Me, wes buyar to?" tanyanya kepada seorang wanita berbaju congsam. Anggukan dari wanita itu membuat Nurul kecewa, penampilan barongsai yang ditunggu-tunggu ternyata sudah bubar.

Nurul merupakan salah satu warga yang tertarik untuk menghabiskan hari libur Imlek di Kampung Pecinan Tambak Bayan. Ia yang menikah dengan pria berketurunan Tionghoa ingin menikmati atmosfer berada di Negeri Tirai Bambu. Tapi sayang, anak bungsunya bangun kesiangan.

1. Kampung Pecinan Tambak Bayan masih kental adat Tionghoa

Nurul bersama anak-anaknya saat mengunjungi Kampung Tambak Bayan, Sabtu (25/1). IDN Times/Fitria Madia

 

Nurul tak sendiri, banyak wisatawan yang tertarik menikmati suasana Imlek di Kampung Tambak Bayan. Terang saja, Kampung Tambak Bayan merupakan kampung pecinan yang terletak di tengah Kota Surabaya. Mayoritas warga di sana merupakan penduduk asli yang telah menetap sejak kakek-nenek mereka dulu. Salah satunya adalah Suseno Karja yang merupakan Ketua RT setempat.

"Saya ini sudah keturunan ketiga. Kakek-nenek saya dari dulu sudah di sini," tuturnya sembari membagikan roti kepada para pengunjung, Sabtu (25/1).

Banyaknya warga yang masih penduduk asli membuat adat budaya terjaga dengan baik di sana. Oleh karenanya, perayaan tahun baru Imlek tak kalah meriah dengan perayaan hari raya keagamaan biasanya.

2. Banyak wisatawan mendatangi Kampung Tambak Bayan saat Imlek

Suasana penampilan saat perayaan Imlek di Kampung Tambak Bayan, Sabtu (25/1). IDN Times/Fitria Madia

Kampung Tambak Bayan sudah menjadi langganan para wisatawan. Sejak 2013, tiap Imlek selalu dimeriahkan dengan berbagai penampilan seperti barongsai dan tari-tarian. Selain adat setempat yang mempercayai barongsai membawa berkah jika menghampiri rumah-rumah warga, anak-anak pun selalu antusias melihatnya.

"Tahun ini memang penampilannya selesai lebih cepat. Soalnya barongsainya banyak orderan. Kami gak enak, kami kan gak bayar," jelas Suseno.

Meski ramai wisatawan, warga setempat tidak menarik biaya untuk tiket masuk maupun parkir bagi roda dua. Bahkan, para wisatawan, fotografer, vlogger, hingga jurnalis juga diberi makanan dan minuman secara cuma-cuma.

Baca Juga: Imlek 2571 Disambut Hujan, Gubernur Anies Sebut Itu Penanda Suci

3. Jadikan ramainya kampung sebagai promosi toleransi

Ketua RT Kampung Pecinan Tambak Bayan, Suseno Karja saat perayaan Imlek, Sabtu (25/1). IDN Times/Fitria Madia

Suseno menganggap ramainya Kampung Tambak Bayan bukan sebagai potensi bisnis. Melainkan, potensi penyebaran nilai-nilai toleransi yang selama ini ada di kampung tersebut. Warga setempat ingin pihak luar melihat bagaimana warga kampung baik yang beretnis Tionghoa, Jawa, dan lainnya hidup berdampingan dengan damai.

"Kami di sini hidup tenang. Gak ada ribut-ribut gara-gara kamu keturunan China apa gimana. Gak ada," imbuh Suseno.

Suseno yang merupakan keturunan campuran Tionghoa-China pun merasa diterima dengan baik di kampung ini. Ia pun melayani warga dengan baik selama bertahun-tahun tanpa membeda-bedakan ras atau etnis tertentu.

Baca Juga: Ketupat Sayur Imlek di Tangerang dan Sejarah Singkat Cina Benteng

Berita Terkini Lainnya