TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Harga Kedelai Cekik Produsen Tempe, Sebagian Memilih Mogok Produksi

Ketersediaan tempe di pasaran pun menipis

ilustrasi tempe (pixabay.com)

Surabaya, IDN Times - Para produsen tempe di Jawa Timur menjerit dengan harga kedelai yang masih melambung tinggi. Sebagian dari mereka mengikuti instruksi mogok produksi. Sebagian lainnya memutuskan untuk tetap memenuhi kebutuhan pasar. Yang pasti, kini mereka menunggu keajaiban harga kedelai bisa kembali seperti semula. Imbas dari pemogokan ini adalah hilang tempe dari beberapa pasar tradisional di Surabaya.

1. Produsen tempe mogok produksi

shutterstock.com/Amallia Eka

Seorang produsen tempe asal Sidoarjo, Darmaji memutuskan untuk mogok produksi sesuai dengan arahan Gabungan Koperasi Tempe dan Tahu Indonesia (Gakoptindo) yaitu sejak tanggal 1-3 Januari 2021. Kang Ji, sapaan akrabnya, memilih untuk bersolidaritas bersama produsen tempe lain sebagai bentuk protes atas harga kedelai yang tak kunjung turun.

"Ya saya ikut teman-teman. Masak cuma ngerasain enaknya waktu harga kedelai sudah turun. Ya saya ikut gak produksi," ujar Kang Ji saat dihubungi IDN Times, Minggu (3/1/2021).

Meski demikian, Kang Ji masih memproduksi dalam jumlah kecil yaitu 20 persen saja untuk memenuhi kebutuhan tetangga di sekitar rumahnya.

2. Harga kedelai mencekik produsen tempe

klatenkab.go.id

Kang Ji merasakan bahwa kenaikan kedelai saat ini sudah di luar batas wajar. Biasanya, ia mendapatkan kedelai dengan harga Rp6.700 per kilogram. Tapi sekarang, harga naik hampir Rp9 ribu per kilogram. Selisih Rp2 ribu sekian ini menjadi amat berarti bagi Kang Ji.

"Hitung saja, saya sehari produksi 50 kilo. Kalau naik Rp2 ribu kan saya jadi ruginya Rp100 ribu," ungkapnya.

Untuk menyiasati hal ini, Kang Ji memutuskan untuk tidak menaikkan harga jual melainkan mengurangi takaran kedelai dalam tempe. Dalam ukuran normal, sepotong tempe membutuhkan 140 gram kedelai. Kini, jumlah kedelainya dikurangi menjadi 110 gram.

Baca Juga: Pengusaha Tahu Tempe Ancam Mogok, Kemendag: Stok Kedelai Cukup

3. Masih ada produsen yang produksi penuh

Jarwo memamerkan produksi olahan tempe miliknya. Instagram.com/jarwo_susanto

Namun berbeda cerita dengan Jarwo Susanto. Pemilik merek Tempe Bang Jarwo asal Kampung Dolly Surabaya, ini memutuskan untuk tidak menghentikan produksi tempenya. Menurutnya, tempe merupakan kebutuhan sehari-hari masyarakat.

"Kan kasihan kalau berhenti produksi. Nanti warga makan apa. Tempe itu murah dan bergizi," ungkapnya.

Jarwo biasanya membeli kedelai seharga Rp6.700. Namun sejak Natal, harga kedelai terus merangkak naik. Kini, ia harus membeli bahan baku tempenya itu seharga Rp9.100.

Baca Juga: 5 Resep Kreasi Tempe ala Bule yang Paling Lezat, Mana Kesukaanmu?

Berita Terkini Lainnya