Tiga Arsitek Berbagi Pengalaman Membangun Infrastruktur Banyuwangi
Mereka punya potensi hebat-hebat!
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Banyuwangi, IDN Times - Selama delapan tahun terakhir, Pemkab Banyuwangi mengembangkan daerahnya dengan pendekatan arsitektur berkonsep jelas. Sejumlah arsitek tersohor dilibatkan guna mengembangkan berbagai ruang publik, mulai bandara, taman, destinasi wisata, hotel, lembaga pendidikan, hingga puskesmas.
Dalam Festival Arsitektur Nusantara di Banyuwangi, Kamis-Jumat (14-15/3/2019), sejumlah arsitek memaparkan pengalamannya ketika diajak Bupati Abdullah Azwar Anas mengembangkan Banyuwangi.
1. Arsitek Yori: Selama ini arsitek ogah bermitra dengan pemerintah
Selain soal administrasi yang relatif tidak memahami dunia arsitektur, terkadang paradigma aparat birokrasi juga tidak selaras dengan cara pandang arsitek.
“Tapi saya sering bilang ke teman-teman arsitek, jangan malas bermitra dengan pemerintah karena itu berarti kita membantu republik ini,” ujar Yori yang dikenal dengan julukan “Pendekar Arsitektur Nusantara”.
“Nah kalau di Banyuwangi para arsitek senang karena Pak Azwar Anas punya komitmen dan keyakinan bahwa arsitektur bisa membawa daerah menjadi lebih baik,” imbuh Yori.
Di Banyuwangi, menurut Yori, masyarakat dan arsitekturnya berada dalam satu gerak. Masyarakat disiapkan bersinergi dengan arsitektur yang sengaja dirancang berfungsi sosial budaya. Penyiapan masyarakat itu misalnya mendorong pengembangan budaya dan tradisi lokal melalui festival.
"Hasilnya, antara arsitektur dan masyarakat tidak ada jarak. Banyak juga pemimpin daerah yang menyenangi arsitektur, tapi tidak menyiapkan masyarakatnya. Akhirnya arsitekturnya berjarak, jadi monumen mati. Tapi, tidak untuk Banyuwangi. Di sinilah kelebihan Banyuwangi," kata Yori yang menggarap ruang terbuka hijau dan destinasi di Banyuwangi.