TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Sawan, Jimat ala Suku Tengger Tangkal COVID-19

Membuatnya cukup mudah lho

Pimpinan Desa Ngadas dan tokoh masyarakat Suku Tengger saat Upacara Karo (IDN Times/Ardiansyah Fajar)

Surabaya, IDN Times - Pemerintah terus menggaungkan jaga jarak atau physical distancing hingga pola hidup bersih dan sehat (PHBS). Namun ternyata, masyarakat adat punya caranya sendiri untuk menangkal wabah virus corona atau COVID-19.

Salah satunya dilakukan oleh masyarakat adat Suku Tengger di Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang. Meski tidak menggelar ritual besar dan khusus, masyarakat di sini memasang 'Sawan'.

1. Bikin jimat sawan dari bawang merah dan cabai

Antusias masyarakat Suku Tengger gelar prosesi Upacara Karo di sumber mata air (Times/Ardiansyah Fajar)

Sawan merupakan jimat yang dipercaya Suku Tengger untuk menolak wabah. Masyarakat yang tinggal di lereng Gunung Semeru dan Bromo ini membuat jimat ini sangat mudah. Terdiri dari bawang merah dan cabai.

"Untuk ritual di rumah kita pasang bawang merah sama cabai, untuk penolak virus (corona)," ujar Tokoh Masyarakat sekaligus Kepala Desa Ngadas Mujianto kepada IDN Times, Minggu (12/4).

Baca Juga: Investor dari Swis, Bromo Tengger Semeru Akan Dilengkapi Cable Car

2. Dipasang di depan pintu dan ruang tamu

Seorang dukun bernama Sutomo membaca mantra kepada leluhur Suku Tengger dalam Upacara Karo (IDN Times/Ardiansyah Fajar)

Jimat ini telah dipasang oleh semua masyarakat Suku Tengger di Desa Ngadas. Biasanya, sawan hanya diletakkan di pintu masuk rumah dan ruang tamu saja. Pemasangan sawan merupakan anjuran dari tokoh agama di Ngadas.

"Dipasang di ruang tamu, di pintu. Dipasang sejak awal ada virus di Indonesia. Kami antisipasi pasang itu," kata Mujianto.

3. Antispasi pemudik

Ilustrasi (Dok. Humas Pemkot Solo)

Selain pemasangan sawan, masyarakat Suku Tengger juga melaksanakan imbauan pemerintah. Yakni dengan antisipasi datangnya pemudik. Sejauh ini baru ada satu warga yang mudik ke Ngadas. Dia diketahui dari Sidoarjo.

"Kemarin satu orang kerja di Sidoarjo pulang, beliau terus dipantau. Sehat, tidak ada keluhan apapun," ucap dia.

"Kita suruh diam di rumah selama 14 hari. Warga itu (sidoarjo) sudah dapat 13 hari, kurang sehari untuk karantinanya. Besok (Senin) akan dicek pihak bidan desa dari satgas," Mujianto menambahkan.

Baca Juga: Belajar Merawat Kebhinnekaan dari 'Desa Atas Awan' Ngadas

Berita Terkini Lainnya