TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Polemik Aksi AMP, Kepala BPIP Sebut Papua Saudara Tua

Harus saling menghormati ya...!

IDN Times/Ardiansyah Fajar

Surabaya, IDN Times - Drama aksi Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) di Surabaya yang menuntut kemerdekaan Papua disorot oleh banyak kalangan. Salah satunya dari Plt. Kepala Badan Pengembangan Ideologi Pancasila (BPIP), Haryono.

Dia menilai aksi tersebut terjadi karena kurangnya dialog dengan masyarakat Papua. Padahal menurutnya, orang Papua ialah saudara tua bangsa Indonesia.

Baca Juga: Usai Drama Panjang, Massa Aksi Mahasiswa Papua Dipulangkan

1. Ras melanesia datang pertama ssbelum mongoloid

IDN Times/Ardiansyah Fajar

Haryono menjelaskan orang Papua termasuk ke dalam ras melanesia. Ras melanesia adalah ras YANG pertama kali masuk ke kepulauan nusantara, sebelum ras mongoloid.

Narasi pengetahuan itu seperti itu dianggap Haryono kurang diberikan kepada masyarakat, sehingga orang Papua merasa terpinggirkan. "Saudara kita di Papua itu bukan orang asing. Tapi, justru saudara tua Bangsa Indonesia," ujarnya saat ditemui di Hotel Shangri La, Senin (3/12).

2. Harus ada pemahaman sejarah secara gamblang dengan narasi yang tidak dipotong

Dok. IDN Times/Istimewa

Menurutnya, saat ini pemahaman sejarah Indonesia yang diajarkan tidak boleh hanya pada masa kolonial saja, tapi juga menyangkut perihal tumbuh kembang Bangsa Indonesia.

"Kalau soal Papua, tidak hanya peristiwa 60-an proses trikora muncul. Tapi harus kita lacak lebih jauh bahwa manusia pertama di nusantara itu adalah ras melanesia saudara kita di Nusa Tenggara dan Papua adalah ras yg tertua di nusantara ini," jelasnya.

3. Narasi sejarah dibuktikan dengan adanya situs sejarah

Dok. IDN Times/Istimewa

Narasi sejarah tersebut, lanjut Haryono, bisa dibuktikan pada situs sejarah di Palembang, Sumatera Selatan. Dia menyampaikan dalam situs itu ada penjelasan orang melanesia yang datang pertama kali adalah orang melanisia, kemudian orang mongoloid.

"Di situ ada proses perpaduan. Artinya, proses perkawinan dan seterusnya," katanya.

4. Narasi ras melanesia dengan jumlah dominan bisa menjadi distorsi pemahaman

IDN Times/Ardiansyah Fajar

Haryono menyebut saat ini jumlah ras melanesia di seluruh dunia tidak sampai 25 juta jiwa. Namun, di Nusa Tenggara dan Papua jika digabung mencapai 13 juta jiwa lebih.

"Berarti (jumlah ras melanesia di Indonesia) lebih dari separuh (dunia). Sehingga, kalau saudara kita (di Papua) bukan dari Indonesia terus orang mana, nah ini narasi ini yang kurang. Maka distorsi pemahaman menjadi penting," ucapnya.

Baca Juga: Polisi Bubarkan Kegiatan KNPB di Papua, 39 Orang Diperiksa

Berita Terkini Lainnya