TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kidung Sunyi di Markas Seni, Sebuah Kontemplasi dalam Berekspresi

Pandemik tak lantas membungkam kreativitas pegiat seni

Pementasan Monolog Pandemi. Gegeh B. Setiadi for IDN Times

Surabaya, IDN Times - Sudah hampir dua bulan ini tak terdengar alunan gamelan. Kidung atau lantunan tembang yang indah berubah menjadi sunyi. Keramaian khas pertunjukan seakan diredam. Kini sepi menjadi kawan akrab yang tinggal di markas seni. Tepatnya di Taman Budaya Jawa Timur yang lebih dikenal dengan Gedung Cak Durasim.

Sepinya markas seni bukan tanpa alasan. Sejak merebaknya COVID19 di Indonesia dan mulai menjalar ke Jawa Timur, agenda besar budaya dan seni dibatalkan oleh dinas kebudayaan dan pariwisata (disbudpar). Sesuai instruksi Presiden Joko 'Jokowi' Widodo, seluruh kegiatan dialihkan di rumah.

1. Agenda besar seni diundur bahkan ditunda

Kompetisi Tari se-Jatim di Gedung Cak Durasim, Surabaya beberapa tahun lalu. IDN Times/Ardiansyah Fajar

Harusnya, markas seni itu ramai hari ini, Rabu (29/4). Sebab, tanggal ini merupakan peringatan Hari Tari Sedunia. Dari tahun ke tahun, Disbudpar Jatim selalu menggelar lomba tari se-Jatim. Mempertandingkan penari-penari berbakat dari 38 kabupaten/kota se-Jatim. Adu seni dan keterampilan tersaji.

Sayangnya, pada tahun ini agenda tersebut sirna. Semua harus ditunda bahkan dibatalkan. Sebab tak tahu pasti kapan pandemik COVID-19 ini berakhir. Disbudpar sebagai penyelenggara kegiatan memutar otak, mencoba mengutak-atik dengan menggeser jadwal. Tapi di tengah ketidakpastian, hal itu terasa percuma.

"Kalau pun diundur kegiatan tahun ini, ya mungkin tahun depan. Belum tahu perkembangan kondisi ini ke depannya," ujar Kepala Disbudpar Jatim Sinarta kepada IDN Times, Rabu (29/4).

2. Anggaran mulai direalokasi dan refocusing

Penampilan pantomim pada acara Urap-urap Seni di Kampung Ilmu, Surabaya sebelum pandemik COVID-19. IDN Times/Ardiansyah Fajar

Kini para pegiat seni harus menahan diri. Terlalu berisiko apabila memaksakan kehendak menggelar pertunjukan di markas seni. Pengumpulan jumlah masa yang banyak dapat menimbulkan prahara baru. Sudah banyak contohnya, klaster demi klaster penularan COVID-19 mulai mencuat di Jatim.

Agar tak sia-sia, Disbudpar Jatim mulai merealokasi dan refocusing anggaran yang telah dicanangkannya. Harapan besar tentunya pada pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang sedang berlangsung saat ini. Jika virus bisa diredam, markas seni Cak Durasim bisa kembali bergeliat seperti sediakala.

"Kalau memang pembatasan (PSBB) diluncurkan pimpinan kita dinyatakan selesai, COVID-19 juga bisa diredam. Kami lanjutkan agenda di Cak Durasim," tegas Sinarta.

3. Kesunyian ini bisa dimanfaatkan sebagai perenungan

Pementasan teater Komunitas Lingkar di Cak Durasim sebelum pandemik COVID-19. Gegeh for IDN Times

Sebagai orang yang juga berprofesi sebagai dalang sejak usia 13 tahun, Sinarta mengajak para pegiat seni untuk tidak pesimistis di tengah pandemik. Banyak hal yang bisa dilakukan meskipun di rumah saja. Satu hal yang menurutnya sangat penting dan mahal ialah perenungan.

Di tengah sunyinya pertunjukan seni, para seniman dapat melakukan kontemplasi. Mereka bisa merenungkan profesinya secara maksimal. Sebab selain bisa menjadi wadah, dalam kesenian itu ada isi. Merenungkan karya seni dan memasukan nilai humanis dan kesetiaan dalam isinya membuat nilai tambah tersendiri nantinya.

"Kondisi ini, kami didorong ke sana," ucapnya.

Di sisi lain, para seniman juga mendapat kesempatan lebih untuk menata ulang pemasaran karya-karyanya. Menyusun strategi pangsa pasar yang di bidik selepas COVID-19 sirna. "Sehingga dapat merenungkan profesi kami, jadi orang profesional," tambah Sinarta.

Berita Terkini Lainnya