TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

IDI Jatim: Kalau Mau Lihat Data Kematian Sebenarnya, Lihat Kuburan

"Lihat ke kuburan, jangan lihat data yang di meja"

Ilustrasi (IDN Times/Aldila Muharma&Fiqih Damarjati)

Surabaya, IDN Times - Data kematian akibat COVID-19 yang disajikan pemerintah diduga tidak sesuai fakta lapangan. Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jawa Timur (Jatim), dr. Sutrisno turut berkomentar ihwal ini dalam konferensi pers 'Puncak Gunung Es di Luar Fasilitas Kesehatan' yang digelar Lapor Covid-19, Kamis (22/7/2021).

1. Testing masih lemah akibatkan fakta di lapangan tak sesuai data

Ketua IDI Jatim, dr. Sutrisno. YouTube/LaporCovid19

Dr. Sutrisno mengatakan, lemahnya testing menjadi salah satu faktor tingginya kematian akibat COVID-19. Menurut dia, jika testing tidak sesuai kaidah keilmuan, maka tidak akan ada data yang ril. Ia pun mengaku khawatir dengan data yang saat ini beredar, apalagi jika terus dipakai rujukan.

Ia  pun mengajak pemangku kebijakan untuk lihat fakta lapangan, bukan hanya menunggu data di atas meja. "Lihat ke kuburan, jangan lihat data yang di meja," tegasnya. Carut marut data ini, kata dia, terjadi di semua segmen termasuk kematian. Ia menyebut jumlah kematian akibat COVID-19 cukup banyak di luar fasilitas kesehatan. "Kalau kematian di desa lonjakannya berlipat-lipat," ungkap dia.

Asumsu dari dr.Sutrisno cukup beralasan. Setidaknya hal ini bisa dilihat dari kondisi pemakaman khusus COVID-19 di Surabaya. Di TPU Keputih, berdasarkan gambar satelit yang diambil dari Google Earth, jumlah penggunaan lahan terus meluas. Sementara Pemkot Surabaya juga sempat mengakui tingginya antrean jenazah dari rumah sakit menuju tempat pemakaman. Bahkan, Pemkot pun mengubah beberapa mobil dinas menjadi ambulans jenazah.

2. Data kematian di tingkat bawah bikin surprise

Pemakaman korban COVID-19 di Meksiko (ANTARA FOTO/REUTERS/Edgard Garrido)

Banyaknya kematian di luar faskes ini bukan tanpa sebab. dr. Sutrisno membeberkan kondisi faskes sekarang ini penuh, bahkan overload. Akibatnya, banyak pasien yang harus rela antre di mobil ambulans dan menumpuk di Instalasi Gawat Darurat (IGD). Hal ini pun berdampak ke tenaga kesehatan yang kelelahan dan terpapar COVID-19.

"Sampai saat ini sudah ada 120 dokter meninggal, baik umum dan spesialis dengan keilmuan yang luar biasa," katanya. "Perawat yang terampil dan berpengalaman banyak yang meninggal. Banyak juga yang masih sakit, dirawat dengan menggunakan ventilator," dia menambahkan.

Dari sini, kata dr. Sutrisno, data yang baik sangat penting. Terkait data kematian di Jatim, ia menyarankan untuk melihat data di bawah. "Data dari desa, Puskesmas dan rumah sakit bikin surprise," ucapnya.

Baca Juga: Petugas Kewalahan, Jenazah COVID-19 di Jombang Diantar TNI

3. Pencatatan kematian COVID-19 harus tunggu hasil laboratorium

Kepala Dinkes Jatim, dr. Herlin Ferliana. IDN Times/Dok. Istimewa

Secara terpisah, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Jatim, dr. Herlin Ferliana menjelaskan, data kematian yang disajikan oleh Satgas Penanganan COVID-19 ialah kematian yang data pendukungnya sudah ada dalam hal ini hasil testing.

"Jadi dia merupakan meninggal karena COVID-19, karena ada hasil laboratoriumnya. Kadang sudah meninggal tapi hasil belum turun," jelasnya.

"Jadi ada standar harus dipastikan meninggal COVID-19 dengan dukungan laboratorium yang ada dari pasien tersebut," dia menambahkan.

dr. Herlin pun meminta semua elemen yang ikut serta dalam pencatatan kasus COVID-19 supaya melaporkan secara ril. Sehingga ke depan ketika pemerintah akan mengambil kebijakan dapat berpedoman data laporan itu.

"Supaya kebijakan yang diambil tidak salah. Nanti moga-moga apa yang dilaporkan itu ril untuk membantu kita semuanya mendapat gambaran pasti atau yang jelas dari sebuah wilayah tersebut," tuturnya.

Baca Juga: Miris, Mobil Dinas Pemkot Surabaya Diubah Jadi Mobil Jenazah

Berita Terkini Lainnya