TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Cerita Kristiawan, Mantan HRD Yang Justru Sukses Jadi Perajin Batik  

Mampu hasilkan pundi rupiah dari karya batiknya

Salah satu batik peranakan yang dihasilkan oleh Kristiawan. IDN Times/Alfi Ramadana

Malang, IDN Times - Selalu ada jalan bagi orang-orang yang tidak mudah berputus asa. Kalimat itulah yang nampaknya tepat menggambarkan Kristiawan (46). Lelaki yang pernah bekerja sebagai Human Resources Development (HRD) sebuah restoran makanan ternama yang kini berhasil menggembangkan usaha baru dalam bidang batik. Sejak tahun 2017 atau satu tahun setelah dirinya keluar dari restoran makanan tersebut dirinya mulai menekuni usaha batik. Uniknya, ia mengembangkan batik peranakan yang kemudian menjadi produksi tetap hingga kini.

Batik peranakan sendiri sebenarnya tak jauh beda dengan batik pada umumnya. Tetapi pada penerapannya batik peranakan merupakan karya seni  menggabungkan unsur Jawa dan Tionghoa dalam ke dalam satu motif batik. Lalu warna yang digunakan pada batik peranakan juga kebanyakan warna pastel dengan motif khas Tionghoa. 

1. Belajar secara otodidak

Kristiawan saat melakulan proses awal sebelum pewarnaan. IDN Times/Alfi Ramadana

Kristiawan menjelaskan bahwa awalnya dirinya sama sekali tak tahu bagaimana cara membatik. Setelah usahanya gagal pada tahun 2017 dirinya memberanikan diri untuk mempelajarai batik. Dirinya belajar secara otodidak mengenai batik klasik. Tetapi dalam perjalanannya, Kristiawan kemudian memilih untuk mengembangkan batik peranakan yang menurutnya memiliki keunikan tersendiri. 

"Semua saya belajar sendiri awalnya, karena mau ikut kursus biayanya juga cukup mahal. Jadi satu tahun pertama itu banyak trial and error dan belum menemukan pola yang tepat," katanya Kamis (27/1/2022). 

2. Mulai menemukan hasil setelah satu tahun

Dua pekerja sedang menyelesaikan proses membatik. IDN Times/Alfi Ramadana

Titik balik dari upayanya tersebut adalah terjadi pada tahun 2018. Saat itu salah satu batik buatannya yang berbentuk selendang dibeli oleh seorang pembatok asal Pekalongan. Dari situlah dirinya kemudian bertemu pembatik tersebut dan banyak membantu mengembangkan kemampuannya membuat karya. Bahkan kemudian pembatik tersebut menjadi mentor Kristiawan hingga kini. 

"Saat itu dia bilang bahwa goresannya sudah khas. Kemudian saya belajar terus terutama  eksplorasi motif. Hingga akhirnya saya buat motif ikan koi dan bangau. Ternyata ada orang chinese yang suka dan minat. Dari situ kami akhirnya fokus ke batik peranakan," imbuhnya. 

Baca Juga: Lewat Batik Sakera, Suci Wijayanti Jadikan Batik Tulis Mendunia 

3. Baru mampu selesaikan 20 lembar kain dalam sebulan

Proses detail menyolet pada motif batik sebelum dilakukan pewarnaan. IDN Times/Alfi Ramadana

Setelah mulai menemukan pasar, Kristiawan kemudian terus mengeksplorasi motif-motif batik peranakan. Namun, lantaran keterbatasan pekerja dirinya sejauh ini baru mampu menyelesaikan pesanan 20 lembar kain batik dalam satu bulan. Hal tersebut lantaran untuk membuat satu lembar batik saja diperlukan ketelitian dan kerapian. Belum lagi saat proses pewarnaan juga harus tepat agar hasil yang didapat juga sesuai target. 

"Saat ini memang baru bisa 20 lembar kain untuk motif menengah. Sebenarnya kalau berminat banyak. Tetapi tenaganya yang belum memenuhi untuk produksi lebih besar," imbuhnya. 

Baca Juga: 5 Cara Membedakan Batik Tulis, Cap dan Print pada Outfit Pria

Berita Terkini Lainnya