TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Sempat Terdengar Letusan, Begini Kondisi Gunung Anak Krakatau Saat Ini

Status Gunung Anak Krakatau masih Siaga III

wisegeek.com

Jakarta, IDN Times - Selepas terjadinya tsunami di wilayah Selat Sunda, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral terus memantau aktivitas dari Gunung Anak Krakatau. Hari ini, Jumat (28/12), PVMBG merilis aktivitas terbaru dari Gunung Anak Krakatau. Seperti apa kira-kira?

Baca Juga: Status Gunung Anak Krakatau Siaga, Masyarakat Diimbau Gunakan Masker

1. Sempat terdapat letusan dari Gunung Anak Krakatau

dnaindia.com

Melelui keterangan tertulisnya, PVMBG mengatakan bahwa aktivitas Gunung Anak Krakatau secara visual adalah cuaca berawan dan hujan. Arah angin pun dominan ke arah timur laut. Teramati juga letusan dengan tinggi asap maksimum 200-3000 menter di atas puncak kawah.

"Abu vulkanik bergerak ke arah timur laut. Terjadi perubahan pola letusan pada pukul 23.00 WIB, tanggal 27 Desember 2018, yaitu terjadinya letusan-letusan. Dari pengamatan nampak bahwa letusan terjadi di sekitar permukaan air laut. Pada pukul 14.18 WIB tanggal 28 Desember 2018, cuaca cerah, terlihat asap letusan tidak berlanjut," jelas PVMBG dalam keterangan tertulisnya.

2. Puncak Gunung Anak Krakatau semakin rendah

irinnews.org

Usai terjadi letusan dan sudah tidak ada lagi letusan, puncak Gunung Anak Krakatau tidak terlihat lagi. Menurut analisis visual PVMBG, Gunung Anak Krakatau yang tadinya memiliki tinggi yaitu 338 meter, sekarang tingginya menjadi 110 meter. Terlihat dari Pos Pengamatan Pasauran, Banten, posisi puncak Gunung Anak Krakatau lebih rendah dibandingkan Pulau Sertung yang menjadi latar belakangnya.

3. Puncak Gunung Anak Krakatau yang hilang diperkirakan sekitar 150-180 juta m3.

ourplnt.com

Pulau Sertung sendiri memiliki tinggi yaitu 182  meter, sedangkan Pulang Panjang setinggi 132 meter. Dibandingkan dengan kedua pulau tersebut, Gunung Anak Krakatau yang hilang diperkirakan sekitar 150-180 juta m3.

"Sedangkan volume yang tersisa saat ini yaitu sekitar antara 40-70 juta m3. Berkurangnya volume tubuh Gunung Anak Krakatau ini diperkirakan karena adanya proses rayapan tubuh gunung api yang disertai oleh laju erupsi yang tinggi dari tanggal 24-27 Desember 2018," terang PVMBG.

Hingga saat ini, PVMBG mengaku masih terus melakukan proses pengamatan visual. Hal itu dilakukan agar mendapatkan hasil perhitungan yang lebih presisi.

4. Letusan Gunung Anak Krakatau bersifat impulsif

scmp.com

PVMBG menjelaskan bahwa saat ini letusan bersifat impulsif, yang artinya sesaat sesudah meletus tidak nampak asap yang keluar dari kawah Gunung Anak Krakatau.

"Potensi bahaya dari aktivitas letusan Gunung Anak Krakatau saat ini adalah lontaran material pijar yang mengalir ke arah selatan barat daya," terang PVMBG. Sementara, PVMBG menambahkan bahwa sebaran abu vulkanik tergantung dari arah dan kecepatan angin.

Baca Juga: Erupsi Sejak Juli 2018, Status Gunung Anak Krakatau Kini Siaga

Berita Terkini Lainnya